
Pagi itu praktis aktivitas saya
adalah mencari sumber bau. Saya berpikir, untuk menghilangkan bau tersebut,
saya harus menemukan sumbernya dan segera menyingkirkannya. Semua laci saya
buka, ruangan kecil di bawah meja, belakang lemari dan rak saya intip, dan
celah-celah yang ada saya coba lihat, namun sampai dengan sore hari sumber bau
belum saya temukan. Bahkan sambil beraktivitas hari itu, saya sekalian sambil
mencari sumber bau, kali-kali saja ketemu.
Singkat cerita saya putus asa,
dan berpikir udahlah biarin saja, toh nanti bau tersebut akan hilang sendirinya
apabila zat kimia yang mengeluarkan bau tersebut hilang.
Seperti biasa aktivitas pulang
kantor adalah shalat maghrib berjamaah di masjid samping kantor, kemudian berjalan
kaki menuju kos. Sesampai di kos, begitu memasuki ruang tamu, mendadak bau yang
tercium di ruang kerja kantor tadi tecium. Saya pun curiga. Dengan gaya
mengendus laksana anjing pelacak, akhirnya saya temukan bahwa bau tadi berasal
dari alas sepatu sandal yang saya pakai. Ternyata bau tadi melekat pada barang
yang saya pakai.
Terkadang kita sudah memvonis apabila
ada sesuatu yang tidak beres itu berasal dari luar diri kita. Jarang kita
melihat sisi diri kita. Yang ada adalah selalu menyalahkan pihak lain, padahal belum
tentu, bisa saja kesalahan itu ada di pihak kita. Ketika menghadapi sebuah
persoalan, terkadang kita sudah melihatnya bahwa penyebabnya adalah orang lain.
Mungkin itulah hikmah yang bisa saya ambil dari kotoran yang sebenarnya
menempel pada sepatu sandal yang saya pakai, tapi saya mencarinya di tempat
lain, seolah-seolah saya sudah memvonis bahwa sumber bau tadi adalah bukan dari
diri saya.
Ternyata kotoran sepatu sandal
tadi mengingatkanku akan sebuah hikmah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar