Parmo adalah pegawai pajak di KPP Pratama Wonosari, sebuah KPP yang berada jauh dari kota Yogyakarta (dapat dikatakan sebagai KPP pelosok). Suatu saat dia disuruh mengikuti apa yang namanya short course perpajakan di Jakarta. Dia amat kaget, karena selama bekerja di kantor pajak, seumur-umur dia hanya bekerja di Wonosari terus dan belum pernah berpindah-pindah apalagi merasakan kota Jakarta (doanya kuat kali).
Singkat cerita, sesampai di Jakarta, sambil menunggu acara yang baru dimulai esok harinya, dia mencoba berjalan-jalan di pusat perkantoran Jalan Jenderal Sudirman untuk mengisi waktu luangnya. Ketika dia berada di depan sebuah bank, berhentilah dia dan melihat ada tulisan open di pintu kaca depan yang berwarna hitam, “weih open segini gedenya” pikir dia. Tak lama kemudian seorang bule nampak mau masuk ke bank tersebut, namun dicegah oleh Parmo, “Maaf mister, jangan masuk open itu, nanti Mister bisa gosong ”. Dengan nampak bingung, si bule tetap memaksakan masuk pintu tadi, dan Parmo berteriak, " Mister....jangan....!” tapi si bule tetap masuk.
Dengan perasaan cemas Parmo menunggu sambil mondar-mandir di luar pintu tadi, dan tak lama kemudia keluarlah seoranga negro (mungkin warga negara Afrika) keluar dari pintu tadi dan langsung dicegat oleh Parmo, “ benar kan Mister, saya kan sudah bilang, jangan masuk, nanti Mister gosong, sekarang terbukti kan Mister jadi gosong.” Tampak si negro bingung mendengar ocehan Parmo tadi.