Ada dua fenomena menarik akhir-akhir ini, yaitu ulat bulu dan Dede Yusuf. Ulat bulu adalah binatang yang sangat menakutkan bagi hampir semua orang, sedangkan Dede Yusuf adalah aktor ganteng yang menarik semua orang. Mengapa saya menuliskan dua nama tersebut dalam sebuah kalimat yang mengandung pengertian setara?
Wabah ulat bulu pertama kali ditemukan di wilayah Bojoegoro yang merupakan sentra penghasil buah mangga. Ulat tersebut menyerang pohon mangga, sehingga petani di daerah tersebut merasa dirugikan. Seorang profesor pertanian dari IPB menyatakan bahwa sebenarnya wabah ulat bulu tersebut lebih disebabkan karena keseimbangan alam yang terganggu sehingga predator ulat tersebut (sejenis lebah) jumlahnya berkurang. Akibatnya ulat bulu yang ada bertambah dalam jumlah yang cukup luar biasa dan wabah ini adalah terbesar sejak 70 tahun terakhir. Dalam siklus metamorofosis, ulat akan berubah menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu. Proses inilah yang akan mengubah baju ulat bulu yang menakutkan menjadi seekor kupu-kupu yang berbaju yang sangat indah.
Hal yang sama juga dilakukan oleh mantan artis dan sekaligus Wakil Gubenur Jawa Barat, Dede Yusuf. Baru-baru ini Dede Yusuf berganti baju, dari Partai Amanat Nasional ke Partai Demokrat (walaupun warnanya masih sama yaitu biru). Perubahan baju ini bukan karena proses metamorfosis, namun ada tujuan tertentu yang sifatnya politis. Menurut pengamat politik, kepindahan ini terkait dengan rencana Dede Yusuf untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat pada pilkada tahun 2012.
Perpindahan dari dari partai politik ke partai politik lainnya bukanlah hal yang luar biasa di negara kita. Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zainul Majdi, yang sebelumnya adalah politisi Partai Bulan Bintang berpindah ke Partai Demokrat; Ilham Arif Sirajuddin, Walikota Makasar yang sebelumnya adalah Ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan berpindah ke Partai Demokrat. Beberapa pengamat politik menduga kepindahan tersebut terkait dengan kepentingan pelanggengan kekuasaannya. Partai Demokrat sebagai partai penguasa tentunya mempunyai posisi yangs sangat kuat. Dengan citra sebagai partai pemerintah dan dukungan dari para pemilihnya diharapkan menjadi amunisi yang kuat untuk pemilihan kepala daerah berikutnya. Dalam logika politik hal ini menguntungkan kedua belah pihak. Ketika partai yang sebelumnya mengusungnya menjadi wakil/kepala daerah sudah tidak ada harapan lagi untuk lolos parliament threshold, maka satu-satunya cara untuk mempertahankan kekuasannya adalah dengan berpindah ke partai yang kemungkinan besar lolos parliament threshold, sehingga peluang bisa melanggengkan kekuasaan akan lebih besar. Keuntungan bagi partai pengusungnya adalah apabila kadernya menjadi kepala daerah maka akan bisa mendongkrak perolehan suara partai.
Perubahan ulat menjadi kupu-kupu tentunya berbeda dengan perubahan baju politikus. Dalam filofosi kehidupan, perubahan ulat menjadi kupu-kupu diartikan sebagai suatu proses lelaku untuk mendapatkan kedudukan yang lebih mulia. Proses menjadi kepompong biasanya digambarkan sebagi proses prihatin dan puasa untuk meningkatkan kepribadian menjadi yang lebih istimewa. Menjadi kupu-kupu adalah kedudukan yang mulila bagi seekor ulat. Dengan warna sayap yang menarik dan sangat indah, pastilah semua orang tertarik dengannya. Coba kita bandingkan dengan ulat bulu, seram dan menakutkan.
Coba kita bandingkan dengan perubahan partai yang dilakukan oleh politikus. Kita sering melihat politikus begitu mudahnya berpindah partai. Mereka sangat oportunis dan pragmatis. Berpindah partai hanya untuk kepentingan yang menguntungkan dirinya sendiri. Memang secara formal hal tersebut dimungkinkan dan diperbolehkan, namun dalam kaca mata fatsun politik, hal tersebutlah sangatlah tidak etis. Karena merupakan perilkau yang tidak etis tersebut, orang sering menyebut poltikus seperti itu sebagai kutu loncat. Politikus layaknya pemain bola, yang bisa pindah kapan dan ke mana saja, yang penting nilai kontrak dan gaji yang ia dapatkan di klub yang baru. Politikus ini tidak mempunyai karakter ideal seorang politisi. Idealnya, seorang polotisi adalah mewakili kepentingan rakyat melalui partai yang sesuai dengan ideologinya, bukan mewakili kepentingan pribadi untuk mendapatkan kekuasaan.
Politisi hendaknya meniru ulat, kepompong dan kupu-kupu. Binatang ini begitu indahnya berubah bukan karena kepentingan pribadinya, tapi karena ingin membuat manusia bahagia. Ulat bulu yang begitu menakutkan manusia menjadi seeokor kupu-kupu yang membuat manusia senang melihatnya. Saya yakin kalau Partai Demokrat tidak mendapatkan suara terbanyak dalam pemilu nanti, dipastikan si kutu loncat ini akan bersiap-siap untuk meloncat lagi ke partai yang bisa melambungkan dirinya.
tulisanku, 15-04-2011
1 komentar:
Lha semut nyangkrang sudah pada di ambil sih maka ulat bulu menyerang
Posting Komentar