Apa yang Anda lakukan pertama kali sesudah Anda membeli sebuah mesin cuci baru? Apakah Anda akan langsung mengoperasikan dan memperlakukan seperti mesin cuci lama Anda yang sudah rusak? Mungkin Anda berpikir, “Ah..paling-paling juga sama cara memakainya.” Ataukah Anda akan membaca terlebih dulu buku panduan yang disertakan dalam mesin cuci tersebut?
Apabila Anda memperlakukan mesin cuci tersebut seperti mesin cuci lama Anda atau bahkan Anda mengoperasikan menurut kehendak Anda, sesuai dengan perkiraan saja, maka saya menjamin Anda akan kesulitan dan dampaknya mesin cuci tersebut akan tidak berjalan sesuai dengan apa yang Anda anginkan. Dan yang lebih parah lagi, mesin cuci tersebut mungkin tidak akan berumur panjang dan Anda harus mengganti mesin cuci tersebut dengan yang baru lagi. Tetapi lain halnya apabila Anda sebelum mengoperasikan mesin cuci baru tersebut, terlebih dulu Anda membaca buku petunjuk penggunaannya dan selalu mengikuti semua petunjuk ketika mengoperasikannya. Anda gunakan tegangan listrik sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabriknya, Anda gunakan porsi air sesuai dengan batas penggunaan maksimal, Anda hanya mencuci pakaian dengan berat maksimal yang diperbolehkan, maka saya menjamin Insya Allah mesin cuci tersebut akan memberikan hasil cucian dengan bersih yang optimal dan tentunya akan lebih lama menemani Anda.
Seperti halnya mesin cuci, Allah pun, ketika menciptakan manusia, Dia juga sekaligus memberikan buku petunjuk operasionalnya. Mesin cuci yang harus digunakan sesuai dengan petunjuk pabriknya, dan manusia sebagai ciptaan Allah, harus selalu mengikuti apa yang menjadi petunjuk ‘pabriknya’. Tujuannya agar manusia dapat hidup menjadi sosok manusia yang sempurna seperti yang diinginkan Penciptanya maupun manusia itu sendiri. Allah Mahabijaksana. Tidaklah Ia ciptakan manusia tanpa memberikan bekal petunjuknya agar manusia dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan baik dan menghadap Tuhannya dengan menjadi manusia yang baik juga. Yang membedakan adalah bahwa mesin cuci tadi adalah benda di luar diri kita dan secara nyata kita terpisah dengan pemiliknya sedangkan manusia adalah diri kita sendiri dan diri kitalah yang harus memperlakukan diri kita.
Mesin cuci dan manusia memang berbeda, namun dalam perlakuannya, saya berpikir bahwa sama saja, ketika kita memperlakukan diri kita sesuai dengan kemauan, keinginan, nafsu kita, maka yang terjadi adalah sama seperti ketika kita memperlakukan mesin cuci tadi sesuai dengan keringinan kita tanpa memperhatikan petunjuknya. Apabila mesin cuci tadi menjadi tidak awet, cepat rusak, dan menghasilkan cucian yang tidak bersih, begitupun manusia ketika dia memperlakukan dirinya sendiri menurut apa yang terbersit dipikirannya dan sesuka hatinya maka sebenarnya manusia itu sendiri merusak dirinya sendiri.
Apabila mesin cuci kita anggap sebagai sebuah benda yang hidup, maka apa yang menjadi kewajiban kita untuk memperlakukan mesin cuci tadi sesuai dengan buku petunjuknya sebenarnya iu merupakan hak yang harus kita penuhi terhadap mesin cuci tadi. Begitu pula manusia, sebagai benda hidup yang biasa kita sebut sebagai badan ataupun tubuh, kita mempunyai kewajiban yang harus kita penuhi untuk badan atau tubuh kita. Kewajiban yang harus kita penuhi itulah yang merupakan hak bagi badan atau tubuh kita. Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah bersabda Sesungguhnya tubuhmu punya hak atas dirimu.(HR. Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya dari riwayat Abdullah ibnu Amru ibnu Ash. Hadits senada juga diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abi Juhaifah Wahab ibnu Abdullah. Dengan redaksi hadits. (Sesungguhnya jiwamu punya hak atas dirimu).
Aga kita bisa memberikan hak yang tepat bagi tubuh kita, maka yang harus kita lakukan pertama kali adalah mengetahui bagian-bagian dalam tubuh kita dan memahami apa yang menjadi haknya, bagaimana petunjuk dalam memenuhi hak-hak tersebut.
Guru saya, pada waktu awal-awal saya mengaji, mengatakan bahwa sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 bagian yang membentuk diri pribadi manusia itu sendiri, yaitu Al-Jasad (jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani).
Jasmani adalah diri kita secara fisik yang dapat indera dengan alat indera kita. Unsur jasmani direpresentasikan dengan seluruh bagian yang ada dalam tubuh kita dari mulai ujung kepala sampai dengan kaki, termassuk organ yang ada di dalam tubuh manusia yang tidak kelihatan dari luar.
Akal adalah sesuatu yang abstrak yang ada di dalam pribadi manusia. Akal adalah kemampuan intelektual atau berpikir yang hanya diberikan kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Kemampuan mempelajari hakaket suatu hal atau benda, itulah salah satu dari keistimewaan manusia dengan akalnya. Dengan akalnya manusia bisa menguasai seluruh alam ini dan digunakan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan akal ini manusia bisa menjadi makhluk yang luar bisa mulainya, tapi dengan akal ini pula manusia bisa terperosok ke dalam jurang nista bahkan lebih rendah daripada hewan.
Ruh adalah sesuatu yang ghaib yang ditiupkan oleh Allah ke dalam diri manusia ketika manusia diciptakan. Ruh adalah sumber kehidupan bagi tubuh manusia yang dapat memberikan semangat hidup dan sebagai pendorong manusia untuk bisa memahami posisi hidupnya sebagai seorang hamba dihadapan Tuhannya. Ruh inilah yang bisa membangkitkan gairah uuntuk lebih dekat dengan Allah sebagai Tuhannya dan menjadikan jiwanya senantiasa hidup dalam semangat ubudiyyah, namun ketika ruh ini mati maka semangat jiwa akan padam dan tidak sanggup mengemban amanah besar penciptaan dirinya.
Manusia harus bisa memahami bahwa ketiga unsur tersbut merupakan unsur pembentuk pribadi manusia. Pemahaman terhadap ketiga unsur tersebut harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak dapat dipahamai secara parsial. Pemahan secara parsial hanya akan menghasilkan pribadi manusia yang tidak seimbang.
Banyak kita lihat manusia yang memberikan porsi hak yang berlebihan untuk jasmaninya. Mereka secara berlebihan memoles tubuhnya sehingga menjadi sosok yang seakan-akan dianggap sebagai manusia yang ideal. Wajah meraka menjadi cantik dan ganteng, badan mereka menjadi proporsional dan atletlis, dan kehidupan mereka serba berkucukupan dengan dapat dipenuhi semua kebutuhan jasmaninya. Namun di sisi lain ruhani mereka kering. Mereka mengumbar kesenangan yang sifatnya lahiriah, namun secara ruh mereka menderita penyakit jauh dari Tuhannya. Dari fisiknya mereka tampak seolah-olah adalah orang yang pintar, namun pengetahuan mereka ternyata tidak ada apa-apanya. Bahkan pengetahuan mereka yang picik tersebut menjerumuskan mereka dalam sutau kehidupan yang sebenarnya merusak dirinya sendiri.
Fenomena tidak berimbangnya pemenuhan kebutuhan masing-masing unsur dalam diri manusia bisa dilihat dari masih adanya orang hanya menyandarkan hidupnya dengan hati dan batinnya saja. Mereka sehari-harinya dipenuhi dengan hanya melakukan ritual-ritual untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Mereka melupakan bahwa jasmaninya mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, akalnya tidak mendapatkan asupan ilmu yang cukup, sehingga yang terbentuk adalah pribadi yang memang benar-benar ruhnya dekat Tuhannya, tapi jasmani amat lemah dan ilmunya amat sedikit. Fenomena lain adalah munculnya paham atheis, yang mana manusia yang hanya mengagungkan akal dan ilmu tanpa mengakui keberadaan sang Penciptanya.
Saya berpendapat bahwa orang-orang yang seperti itu adalah orang-orang yang hanya mengedepankan pemahaman yang menurut dia benar tanpa melihat pribadinya secara menyeluruh. Pemahaman seperti itu juga karena didorong oleh hawa nafsu yang tidak terarah dan tidak terkontrol. Memahami bagian dan kebutuhan diri secara integral dan berimbang adalah kunci pembentukan pribadi manusia yang ideal. Walaupun masing-masing unsur tadi mempunyai kebutuhan yang jelas berbeda, namun pemenuhan kebutuhan yang berbeda tadi dengan porsi yang proporsional atau berimbang adalah mutlak dibutuhkan.
Jasmani yang ideal dalam diri manusia adalah jasmani yang sehat, kuat dan bugar. Seperti kata Rasulullah mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah. Untuk mendapatkannya adalah dengan mencukupkan kebutuhannya antara lain makanan yang halal dan baik, cukup istiharat, pemenuhan kebutuhan biologis terpenuhi, dan olah raga yang cukup. Namun dalam prakteknya masih banyak orang yang bekerja sampai lupa waktu, istirahat kurang, padahal kalau ditanya untuk apa sih kita bekerja? Tentunya untuk mendapatkan sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan jasamaninya. Banyak orang yang melupakan olahraga, dengan alasan malas atau badan tidak kuat, padahal olahraga itu sangatlah murah dan menyenangkan. Dengan 20 menit lari-lari kecil setiap hari (tanpa sepatu sekalipun) sudahlah cukup sebagai bentuk olahraga, namun terkadang hal tersebut terlupakan.
Akal manusia, melalui otaknya, mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa untuk bisa menyerap ilmu pengetahuan. Di sisi lain ilmu pengetahuan pun sangat luas terbentang dan sangat dalam untuk digali. Menurut sebuah artikel yang saya baca, selama ini rata-rata otak manusia belum sampai 5% yang digunakan. Pemenuhan kebutuhan akal akan ilmu menjadi suatu kebutuhan sekaligus sebuah kesempatan untuk memanfaatkan potensi yang sudah disediakan oleh Allah. Bukankah Allah menciptakan dunia ini untuk manusia, sehingga dunia ini membutuhkan manusia yang mampu membaca yang mempelajari agar dapat memanfaatkan untuk kehdiupan manusia sebaik-baiknya. Dengan kata lain pemenuhan kebutuhan akal akan ilmu adalah suatu keniscayaan.
Ruh atau biasa disebut dengan jiwa atau rohani harus selalu diisi dengan dzikrullah. Dzikrullah yang saya maksud di sini adalah dalam arti luas, dengan semua aktivitas taua ritual yang diajarkan oleh Rasulullah dengan tujuan agar selalu lebih dekat dengan-Nya. Dengan mengingat Allah, maka akan menjadi sarana penjaga aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan akalnya. Ruh yang mendapatkan asupan kebutuhan yang cukup maka akan membentuk pribadi manusia akan memiliki semangat hidup di dunia karena dunia adalah sarana pengabdian kepada Tuhannya dan mempunyai semangat untuk akhiratnya karena akhirat adalah tujuan kehidupannya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Dalam sudut pandangan keumataan, yang merupakan kumpulan pribadi manusia, keseimbangan ini akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan (ummatan wasathon) dengan berbagai kebahagiaan berupa kebahagiaan batin dalam bentuk ketenangan jiwa, kebahagian lahir dalam bentuk kestabilan dan ketenangan dalam beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya dan kebahagiaan sebagai manusia yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Itulah yang disebut manusia seutuhnya.
(tulisan ini selain ide penulis juga dirangkum dari berbagai sumber, baik tertulis maupun lesan)
tulisanku,17-03-2011,05.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar