Kamis, 20 Agustus 2015

MAKNA 70 TAHUN

Sumber gambar : www.google.co.id


Bulan ini, negara kita memperingati hari lahirnya (baca: kemerdekaan) yang ke-70 tahun. Usai 70 tahun bukanlah usia yang muda lagi, bahkan untuk ukuran manusia, usia 70 tahun adalah usia yang sudah terhitung sangat tua. Bahkan sebagian besar manusia tidak dapat merasakan lagi usia 70 tahun, karena Allah telah memanggil ke alam barzah. Dan apabila manusia diberikan usia sampai dengan 70 tahun, maka manusia tinggal menikmati masa-masa tuanya.
Ketika usia menyentuh pada angka 60, saat itulah sebenarnya manusia memasuki masa-masa menikmati. Secara usia, saat itu manusia sudah memasuki masa pensiun. Saatnya manusia menikmati. Apa yang dinikmati, mungkin bisa anak yang sudah ‘mentas’, cucu yang sudah sudah mulai besar, atau investasi yang tinggal menikmati hasilnya saja. Beragam cara untuk bisa menikmati usia di atas 60, misalnya momong cucu, melakukan travelling ke rumah anak-anaknya yang tinggal tersebar di wilayah lain, atau menyalurkan hobby.
Apa yang kita rasakan dengan negera kita. Bulan ini negara kita genap 70 tahun. Namun kita belum merasakan nyaman di dalamnya, merasa terlindungi olehnya, dan merasa bangga menjadi warganya. Pada usia 70 tahun kita masih melihat masyarakat yang susah untuk diajak mengantri, cara berdemokrasi yang masih kekanak-kanakan, nafsu korupsi yang melebih nafsu binatang, rasa dendam antar elit politik yang mengalahkan ‘api dalam sekam’, dan masih banyak lagi bentuk ketidakdewasaan lainnya.
Kita masih melihat carut marut pengelolaan negara yang tidak terstruktur, elit politik yang melakukan manuver tanpa ada santunnya, bentrok antar warga yang bernuansa SARA, ataupun keidakmampuan negara melindungi warga dari rasa takut akan kriminalitas dan bahkan terkahir adalah bentuk ketidakadilan aparat dalam memberikan keistimewaan kepada rombongan motor gede di Yogyakarta.
Coba kita bandingkan dengan negera tetangga sebelah, Singapura (50 tahun) dan Malaysia (43 tahun). Kedua Negara mempunyai usia jauh lebih muda dari Negara kita, namun kita selalu kalah dalam berbagai hal dengan negara tersebut. Misalnya saja Indeks Persepsi Korupsi tahun 2015 milik Transparency International, kita ada di 107 sedangkan Singapura ada di 7 dan Malaysia ada di 50. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kita juga jauh tertinggal dengan 2 negara tersebut.
Apa yang seharusnya kita lakukan. Sebenarnya cukuplah kita berkaca kepada negara-negara tetangga kita atau negara-negara yang sudah maju. Bagaimana mereka tumbuh menjadi negara yang sekarang dapat dibanggakan. Bukan hanya karena kita sebagai bangsa dan tinggal di dalamnya kita kemudian menjadi bangga, tetapi karena memang negara kita mempunyai sesuatu yang patut dibanggakan dan dipamerkan di depan negara-negara lain. Kita mempunyai potensi yang bisa dibanggakan, tergantung kita mau atau tidak untuk segera menjadi dewasa dan menjadi negara yang berwibawa dan membanggakan.
Salam Merdeka!