![]() |
Sumber gambar : www.google.co.id |
Bulan ini, negara kita
memperingati hari lahirnya (baca: kemerdekaan) yang ke-70 tahun. Usai 70 tahun
bukanlah usia yang muda lagi, bahkan untuk ukuran manusia, usia 70 tahun adalah
usia yang sudah terhitung sangat tua. Bahkan sebagian besar manusia tidak dapat
merasakan lagi usia 70 tahun, karena Allah telah memanggil ke alam barzah. Dan
apabila manusia diberikan usia sampai dengan 70 tahun, maka manusia tinggal
menikmati masa-masa tuanya.
Ketika usia menyentuh pada angka
60, saat itulah sebenarnya manusia memasuki masa-masa menikmati. Secara usia,
saat itu manusia sudah memasuki masa pensiun. Saatnya manusia menikmati. Apa
yang dinikmati, mungkin bisa anak yang sudah ‘mentas’, cucu yang sudah sudah
mulai besar, atau investasi yang tinggal menikmati hasilnya saja. Beragam cara
untuk bisa menikmati usia di atas 60, misalnya momong cucu, melakukan
travelling ke rumah anak-anaknya yang tinggal tersebar di wilayah lain, atau
menyalurkan hobby.
Apa yang kita rasakan dengan
negera kita. Bulan ini negara kita genap 70 tahun. Namun kita belum merasakan nyaman
di dalamnya, merasa terlindungi olehnya, dan merasa bangga menjadi warganya. Pada
usia 70 tahun kita masih melihat masyarakat yang susah untuk diajak mengantri, cara
berdemokrasi yang masih kekanak-kanakan, nafsu korupsi yang melebih nafsu
binatang, rasa dendam antar elit politik yang mengalahkan ‘api dalam sekam’, dan
masih banyak lagi bentuk ketidakdewasaan lainnya.
Kita masih melihat carut marut
pengelolaan negara yang tidak terstruktur, elit politik yang melakukan manuver
tanpa ada santunnya, bentrok antar warga yang bernuansa SARA, ataupun
keidakmampuan negara melindungi warga dari rasa takut akan kriminalitas dan
bahkan terkahir adalah bentuk ketidakadilan aparat dalam memberikan
keistimewaan kepada rombongan motor gede di Yogyakarta.
Coba kita bandingkan dengan
negera tetangga sebelah, Singapura (50 tahun) dan Malaysia (43 tahun). Kedua
Negara mempunyai usia jauh lebih muda dari Negara kita, namun kita selalu kalah
dalam berbagai hal dengan negara tersebut. Misalnya saja Indeks Persepsi
Korupsi tahun 2015 milik Transparency International, kita ada di 107 sedangkan
Singapura ada di 7 dan Malaysia ada di 50. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kita
juga jauh tertinggal dengan 2 negara tersebut.
Apa yang seharusnya kita lakukan.
Sebenarnya cukuplah kita berkaca kepada negara-negara tetangga kita atau negara-negara
yang sudah maju. Bagaimana mereka tumbuh menjadi negara yang sekarang dapat
dibanggakan. Bukan hanya karena kita sebagai bangsa dan tinggal di dalamnya
kita kemudian menjadi bangga, tetapi karena memang negara kita mempunyai
sesuatu yang patut dibanggakan dan dipamerkan di depan negara-negara lain. Kita
mempunyai potensi yang bisa dibanggakan, tergantung kita mau atau tidak untuk
segera menjadi dewasa dan menjadi negara yang berwibawa dan membanggakan.
Salam Merdeka!