Kalau kita berbicara tentang ibadah, maka akan tertuju suatu aktivitas yang mana seorang hamba mengorbankan sebagian kesenangan yang dimilikinya untuk dipersembahkan kepada Rabb-nya. Ibadah selalu dimaknai sebagai suatu aktivitas yang bersifat spiritual dari seorang hamba kepada Rabb-nya, misalnya shalat, puasa, infak dan zakat. Apa tujuan ibadah? Jawaban kebanyakan adalah untuk mencari pahala sebagai bekal masuk surganya. Namun sebenarnya ada misi Allah dengan perintah ibadah tersebut, biasanya sering dilupakan oleh manusia, yaitu bahwa ibadah juga mempunyai tujuan merubah dari suatu kondisi tertentu yang biasanya bersifat jelek kepada suatu kondisi yang biasanya bersifat baik.
Makna merubah dalam arti ibadah tersebut, dapat dilihat dari beberapa firman Allah terkait dengan perintah suatu ibadah kepada hambanya. Allah, dalam surat Al-Ankabut ayat 45 memerintahkan hamba-Nya untuk sholat. “..Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar..”
Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa, tujuan ibadah shalat adalah untuk mencegah manusia agar untuk tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar. Dapat juga dikatakan bahwa tujuan Allah memerintahkan manusia untuk sholat adalah untuk mencegah manusia dari hal yang berbau maksiat.
Kemudian Allah berfirman lagi dalam Surat Ali Imran ayat 92 “ Kamu tidak akan mencapai kebaikan sempurna hingga kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai..”
Ayat tersebut memberikan petunjuk dan janji bahwa manusia yang ingin menggapai kebaikan yang sempurna dalam hidupnya, maka dia harus mau menginfakkan sebagian harta benda yang dimiliki dan dia cintai. Dalam hal ini infak mempunyai tujuan merubah dari suatu kondisi manusia yang kurang sempurna menjadi dalam suatu kebaikan yang sempurna. Inilah tujuan kewajiban berinfak.
Satu contoh lagi, dalam Surat Al Baqarah ayat 183 : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang terdahulu agar kamu bertakwa”.
Ayat tersebut mengungkap misi Allah memerintahkan manusia untuk berpuasa. Puasa mempunyai tujuan merubah manusia dari kondisi yang tidak bertaqwa atau kurang taqwa menjadi manusia yang lebih bertakwa. Suatu perubahan lagi yang diinginkan oleh Allah.
Dari ketiga ayat tersebut, dapat dilihat ada kesamaan tujuan masing-masing ibadah yang diperintahkan oleh Allah, merubah dari yang tidak atau kurang baik menjadi baik. Dan itu pun bukan merupakan tujuan semata, tapi janji yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang melaksanakan ibadah-ibadah tersebut.
Nah, dalam praktiknya, kita sering merasakan hal yang yang sebaliknya. Banyak manusia yang sudah melaksanakan sholat tapi belum bisa meninggalkan perbuatan yang keji dan munkar. Kita juga sudah merasa banyak berinfaq, tapi kehidupan kita juga hanya begitu-begitu saja. Kita juga sudah berpuasa 1 bulan penuh tapi, kayaknya ketakwaan kita juga ndak nambah-nambah. Intinya ibadah tersebut ternyata tidak atau belum membuat perubahan pada diri manusia seperti yang dijanjikan oleh Allah. Pasti ini ada yang salah.
Yang jadi pertanyaan adalah siapa yang salah?. Dan untuk menjawab pertanyaan tersebut hanya ada 2 kemungkinan jawabannya, yaitu apakah Allah yang salah atau bohong atau apakah manusianya yang salah dengan ibadahnya?
Kalau jawaban pertama, jelas tidak mungkin. Allah tidak pernah bohong, Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Jadi jangan buru-buru menyalahkan Allah. Jadi kemungkinan yang pasti adalah manusianya yang salah. Cara ibadahnya yang salah. Banyak aspek yang harus dipenuhi oleh manusia dalam menjalankan ibadahnya sehingga ibadah tersebut sempurna dan misi yang dibawa oleh ibadah itu berhasil dicapai. Tugas kita adalah memperbaiki semua aktivitas ibadah ibadah, baik aspek teknis pelaksanaannya dan yang utama adalah aspek keikhlasannya, sehingga ibadah tersebut benar-benar sesuai dengan misi dan tujuannya.
Allahu a'lam bishowwab
hal-hal yang diserap penulis dari Kultum Ramadhan hari ke-3
Masjid An-Nur Pengadegan (mudah-mudahan ndak ada yang salah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar