![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl3xhOCkxWuH32Ebf3JveqeBkI8DRjfeeoO2RYXNWGw928EbIHA4khbv-MDThiR9e6oZiPRyu7qV1ZnQHwX_uKlRp0JIbOYtOeuA4CSGDvpumJATC28N_tf_BWWQxkEDj5HAbh-MWP4Bmg/s200/Richard-Gere-actor.jpg)
Hari Kamis, 3 Februari 2011, saya menghadiri acara yang melibatkan alumni tempat kuliah sayan dulu, STAN Prodip Keuangan. Acara tersebut memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat bertemu dengan temen-temen lama (reuni tidak sengaja..ceritanya). Namun ada satu pertanyaan yang selalu muncul ketika satu demi satu temen lama saya tegur, “Nang, rambutmu kok sudah banyak ubannya?”. Tidak hanya satu bahkan sudah saya hitung sampai empat kali mendapatkan pertanyaan seperti itu.
Sebenarnya tidak hanya pas acara tersebut saja saya mendapatkan pertanyaan atau komentar tentang uban yang mulai banyak di rambut saya. Bahkan ketika ketemu temen lama, saudara jauh, ataupun keluarga sendiri, saya mendapatkan pertanyaan seperti itu. Biasanya saya cuma tersenyum, kadang juga saya jawab dengan berkelakar (ketika yang menanyakana da teman yang kebetulan sudah lulus MBA-Makin Botak Aja), “sebenarnya dulu aku ditanya malaikat karena usiaku sudah mulai tua, mau botak kepalanya atau mau tumbuh ubannya, maka aku jawab ‘aku mau tumbuh uban saja’... he he 2...”. Uban selalu identik dengan tua. Usia saya memang belum tua (kata saya sendiri...), baru 36 tahun, namun memang rambutku tumbuh begitu banyak, sehingga kata orang belum selayaknya tumbuh uban di kepala. Dari beberapa artikel yang saya baca, tumbuhnya uban pada usia muda memang bukan merupakan suatu hal yang wajar. Diperkirakan bahawa hal tersebut disebabkan oleh hal-hal diluar karena faktor usia yang semakin menua. Ada yang mengatakan bahwa uban pada usia muda disebabkan oleh kekurangan unsur vitamin dan gisi, faktor gen atau keturunan, faktor stres, kelainan metabolisme atau mungkin pemakain jenis sampo yang tidak cocok. Semua penyebab tersebut sudah dianalisis para ahli kesehatan rambut dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah tentunya.
Apa pun penyebabnya, namun saya berpendapat bahwa uban yang tumbuh di kepala saya bukanlah karena stres, karena selama ini saya merasa baik-baik saja, tidak ada tekanan dan cenderung mengalami kehidupan yang selalu menyenangkan. Karena prinsip saya dalam kehidupan ini adalah “kalau tidak dinikmati, sayang waktu dalam kehidupan kita”. Kalau boleh berpendapat, kemungkinan besar adalah faktor gen atau keturuan (ayah saya juga sudah beruban dari saat usia muda) atau bisa saja kurang gisi (di waktu kecil makan telur saja dibagi dua atau bahkan empat, makan tempe diiris miring jadi dua juga). Wallahu a’lam, hanya Allah yang tahu.
Namun, apapun komentar orang, temen, dan siapa pun juga, saya tetap menjadi orang yang nyaman dengan anugerah yang terlalu awal diberikan oleh Allah ini, sesuai dengan prinsip saya “dinikmati saja”. Kenapa saya bisa menikmati ? Ada beberapa alasan :
Namun, apapun komentar orang, temen, dan siapa pun juga, saya tetap menjadi orang yang nyaman dengan anugerah yang terlalu awal diberikan oleh Allah ini, sesuai dengan prinsip saya “dinikmati saja”. Kenapa saya bisa menikmati ? Ada beberapa alasan :
- Uban tidak tidak akan mengurangi kenikmatan dalam mejalani kehidupan ini. Uban tidak akan menjadikan kita merasa ada yang kurang dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak seperti orang yang mungkin karena sesuatu hal kemudian kehilangan salah satu panca inderanya atau anggota badannya, uban sama sekali tidak berpengaruh terhadap keseharian kita;
- Uban akan mengingatkan kita, bahwa kita sudah semakin bertambah umurnya. Sudah tiba saatnya untuk mengevaluasi pribadi kita, dan mengakselerasi sesuatu yang dirasa kurang di sisa umur kita. Pada dasarnya uban akan membuat kita tidak “kemaki” lagi karena usia semakin bertambah.
- Uban memberikan keistimewaan pada diri saya.
Artikel dalam detikhot yang dikutip dari Giulia Simolo dari Askmen, uban adalah salah kekurangan laki-laki yang justru dianggap menjadi sebuah daya tarik oleh para wanita, karena menjadi lambang kematangan dan kedewasaan bagi seorang pria. Jadi uban bukanlah sebuah aib, tapi sebuah kebanggaan.
Namun walaupun saya merasa nyaman dengan uban saya, namun banyak masukkan dari teman dan kerabat untuk mengurangi kecepatan bertambahnya uban pada usia muda, dikarenakan warna putih uban tidak dapat diubah menjadi hitam lagi. Saran yang saya dapatkan adalah dengan melakukan olahraga yang cukup dan dari sisi makanan, dianjurkan untuk mengonsumsi sumber pangan yang berkhasiat menguatkan ginjal dan paru-paru. Untuk pemakaian minyak rambut alami yang dibuat dari minyak wijen, kemiri, atau cem-ceman daun mangkokan serta daun dan bunga sepatu juga sangat baik untuk memperlambat uban.
tulisanku, 4 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar