Dalam sebuah tulisannya, salah seorang pegawai di salah satu kantor pajak, mengatakan dengan terus terang kekaguman, penghargaan dan penghormatannya kepada kepala kantornya yang telah bisa merubah dirinya menjadi bangga bekerja di kantor pajak, di saat banyak kasus, fitnah dan cercaan diterima oleh kantor tersebut. “Kepala kantor saya dengan sabar dan tekun menyimak serta mencatat semuanya. Beliau menjanjikan untuk membawa dan memperjuangkan masalah ini ke atasan. Wow….kesan awal yang baik. Wise, cool, humble, dan membela bawahan. In big respect and honour to you yang telah merubah saya,” itulah sebagian kalimat yang ia tulis.
Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda bahwa setiap dari kita ada seorang ‘pemimpin’, dan setiap ‘pemimpin’ akan dimintai pertanggungjawaban. Ada dua makna pertanggungjawaban dalam sabda Nabi tersebut. Makna pertama pertanggungjawaban yang dimaksudkan disini adalah pertanggungjawaban secara vertikal yang akan diminta oleh Tuhan ketika amal manusia diperhitungkan di hari yang mana manusia akan dibalas sesuai dengan amal kebaikannya. Dan yang kedua adalah pertanggungjawaban yang sifatnya horisontal yang harus disampaikan kepada sesama manusia yang menjadi tanggung jawabnya.
Pertanggungjawaban secara horisontal tersebut terjadi antara manusia dengan manusia lainnya yang harus dilakukan karena meraka dalam suatu hubungan tertentu. Sebagai contoh adalah seorang presiden dengan rakyatnya, seorang pemimpin perusahaan dan pegawai yang menjadi anak buahnya, antara seorang suami dengan istrinya, seorang ayah dengan anak-anaknya. Banyak bentuk-bentuk hubungan lainnya ya ng termasuk dalam sebuah hubungan yang mempunyai konsekuensi sebuah bentuk pertanggungjawaban. Artinya salah seorang yang terikat dalam sebuah hubungan tadi mempunyai fungsi sebagai ‘pemimpin’ yang harus memberikan pertanggunjawaban.
Bagaimana ukuran seorang ‘pemimpin’ dianggap sukses. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Sehingga secara mudah, salah satu cara mengukur kesuksesan seorang ‘pemimpin’ adalah dengan melihat seberapa besar kemanfaatan ‘pemimpin’ itu terhadap orang lain yang terikat sebuah hubungan dengannya. Pada dasarnya makna kehidupan bagi seseorang akan terasa indah ketika dia memberikan dampak yang positif pada orang lain. Saat orang lain mengekspresikan kekagumannya kepada ‘pemimpin’nya, maka saat itulah sebenarnya fungsi kepemimpinan dan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawabkan sudah dijalankan dengan baik.
Ketika saya bertanya kepada seorang remaja puteri dalam sebuah acara di kampung tetangga, siapa yang kamu banggakan dan menjadi idolamu? Remaja tersebut menjawab ibuku. Kemudian saya bertanya,” kenapa?”, dan dia menjawab karena dialah yang susah payah mengandung, melahirkan dan membersarkan saya serta dia juga mampu ikut membantu ayahnya menopang kegiatam ekonomi keluarganya sehingga ia bisa menyelesaikan sekolahnya saat ini.
Mungkin lain lagi ketika seorang anak laki-laki ditanya, siapakah idola kamu? Ketika dia melihat bahwa ayahnya adalah seorang yang bisa mengajarkan nilai-nilai disiplin dan senantiasa bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, maka jawaban anak tersebut kemungkinan besar adalah ayahku, aku ingin seperti dia.
Artinya sama seperti pegawai pajak dalam tulisannya tadi, dia tentunya tidak akan canggung menjawab, kepala kantornyalah yang menjadi idolanya ketika dia ditanya siapakah pimpinan idolanya. Karena dia telah mnemukan sosok yang mampu mengayomi, memberikan semangat dan sekaligus merubah dirinya menjadi seorang yang bangga terhadap apa yang dia kerjakan untuk kantornya.
Secara sederhana, keberhasilan dan kesusksesan seseorang dapat dengan mudah diukur dengan pengakuan orang-orang yang disekitarnya. Orang-orang akan menjadikan mereka sebagai idolanya. Mereka akan banyak mendapat nilai-nilai dari idolanya tersebut dan nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi kehidupannya. Mereka mempunyai keyakinan bahwa dengan mengikuti nilai-nilai yang dimiliki oleh sang idola tadi mereka akan memperoleh sebuah kebahagian dalam lingkungan atau pun kehidupannya.
Pemimpin yang sukses adalah ketika pengikutnya mengatakan,”saya ingin menjadi pemimpin seperti dia”. Ayah yang sukses adalah ketika anaknya merasa bangga dengan ayahnya dan ia ingin seperti dia. Seorang istri yang sukses adalah ketika sang suami mengatakan,”sungguh beruntung saya mempunyai istri seperti dia.”
Lalu bagaimana dengan seorang suami yang sukses? Tentunya ketika istri membanggakan suaminya orang yang menjadi idolanya, ketika dia merasakan suaminya sangat sayang terhadap dirinya, bertanggung jawab terhadap kelurganya, dan menjadi tauladan bagi dia dan anaknya. Khusus untuk yang terakhir ini, saya menulis dengan sedikit malu, karena masih ragu apakah saya sudah menjadi seorang suami yang selama ini dicari oleh istri saya. Apakah saya sudah menjadi idola bagi istri saya? Apakah saya sudah menjadi sosok yang patut dibanggakan oleh keluarga saya?
Jawabannya adalah di tangan istri dan anak-anak saya. Bagaimana dik?
(terinspirasi setelah membaca kolom Pernik Majalah Swa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar