Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan mengatakan, PT KAI bakal menaikkan tarif tiket untuk KA kelas eksekutif dan bisnis sebesar 5-10% mulai April 2011."Ini karena tarif kereta bisnis dan eksekutif dalam 2 tahun terakhir belum pernah naik," ujarnya. Jonan menuturkan, kenaikan tarif perlu dilakukan karena biaya operasional terus naik dan semua harga juga naik. "Terutama kenaikan harga suku cadang. Gaji pegawai pun naik. Jadi mau tidak mau tarif bakal dinaikkan," imbuh Jonan.
Itulah kutipan sebuah berita yang ada dalam sebuah situs di internet. Pertanyaannya adalah apakah betul selama dua tahun ini PT KAI belum pernah menaikkan harga tiket kereta api ?
Kita semua sepakat bahwa kereta api adalah alat angkutan yang murah dan terjangkau. Saya adalah salah satu pelanggan setia kereta api. Kereta api adalah moda angkutan yang hampir selalu saya gunakan setiap kali saya bepergian dari Yogyakarta ke Jakarta mulai bulan Oktober 2010. Dikarenakan tuntutan pekerjaan, saya harus wira wiri dari Yogyakarta ke Jakarta (keluarga tinggal di Yogyakarta dan tempat kerja saya di Jakarta) setiap pekannya. Setiap Jumat sore saya berangkat dari Jakarta dan setiap ahad sore saya berangkat dari Yogyakarta, sehingga sering dijuluki sebagai anggota PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad). Dengan pertimbangan harga tiket, maka alat transportasi yang saya gunakan adalah kereta api kelas bisnis biasanya, yaitu Senja Utama Yogya atau Senja Utama Solo.
Sebagai seorang PJKA, setiap rupiah yang saya keluarkan biasanya menjadi perhatian dan perhitungan saya. Dan sebagai seorang pelanggan kereta api tentunya saya pun mengoleksi tiket-tiket yang pernah saya beli dan saya gunakan.
Untuk kelas bisnis, dari beberapa koleksi tiket saya, awal Oktober 2010 harga tiket Senja Utama Yogya adalah Rp. 120.000,- dan tiket yang baru saja saya beli untuk perjalanan hari Jumat 18 Maret 2011 adalah Rp. 150.000,- atau dengan kata lain, dari Oktober 2010 sampai dengan bulan Maret 2011 sudah ada kenaikan Rp. 30.000,-.Tentunya saya membandingkan tiket yang sama yaitu untuk weekend atau akhir pekan (yang biasanya lebih mahal daripa tiket hari-hari biasa). Apabila kita hitung, antara Oktober 2010 s.d. Maret 2011, baru sekitar 1,5 tahun (belum ada 2 tahun), dan ada kenaikan harga tiket Rp. 30.000,- atau 25%.
Untuk kelas eksekutif, saya mengambil data harga tiket dari seorang teman yang biasa menggunakan kereta Taksaka Pagi. Tiket hari Jumat, 12 Februari 2010 adalah Rp. 230.000,- dan tiket untuk hari Jumat, 18 Maret 2011 adalag Rp. 280.000,- dengan kata lain ada kenaikan sebesar Rp. 50.000,- atau 22% dalam rentang waktu 1 tahun 1 bulan.
Persentase 25% untuk kelas bisnis dan 22% untuk kelas eksekutif bukanlah angka yang kecil. Angka tersebut siginifikan. Apakah angka kenaikan yang signifikan tersebut bukanlah sebuah kenaikan. Ataukah saya langsung simpulkan saja bahwa Direktur Utama PT KAI berbohong. "Ini karena tarif kereta bisnis dan eksekutif dalam 2 tahun terakhir belum pernah naik," ujarnya.
Mungkin bagi masyarakat umum atau pengguna kereta api lainnya tidak begitu memperhatikan hal tersebut, tapi bagi saya sebagai pelanggan utama bisa membuat perhitungan dan memberikan penilaian bahwa apa yang dikatakan oleh beliau tadi sangatlah membodohi masyarakat. Kalimat ini memberikan gambaran seolah-olah PT KAI selama ini masih menerapkan tarif yang meringankan masyarakat, seolah-olah selama ini PT KAI belum pernah menaikkan tarif keretanya. Lalu kenaikan selama ini apa? Apakah itu penyesuaian tarif, sebagai ganti kata kenaikan karena kata kenaikan begitu sensitifnya di telinga masyarakat. Masih mengutip perkataan beliau, kenaikan tersebut karena kenaikan harga suku cadang dan gaji pegawai, lalu apakah selama ini kenaikan tersebut karena untuk peningkatan pelayanan kepada pelanggan, bukan karena efek kenaikan suku cadang dan gaji pegawainya. Apapun alasannya, bahasa yang mudah untuk kesimpulan saya adalah bohong kalau selama 2 tahun ini tiket kereta api kelas bisnis belum pernah dinaikkan.
Naik ataupun turun, sebenarnya bukan masalah bagi saya, dikarenakan tidak punya pilihan lain selain kereta api. Namun kenaikan tentunya harus diikuti dengan perbaikan layanan. Pelanggan adalah yang utama bagi PT KAI, merekalah yang selama ini menjadi sumber pundi-pundi bagi PT KAI. Manjakan mereka sehingga mereka merasa diperlakukan secara manusiawi oleh PT KAI. Saya merasa selama ini belum diperlakukan sebagai pelanggan yang baik. Masih ada hak-hak saya sebagai pelanggan yang belum diterima. Ada beberapa hal yang menurut saya patut menjadi catatan bagi PT KAI sebagai satu-satunya perusahaan angkutan perkerataapian di Indonesia, mulai dari peningkatan mutu layanan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada.
Pada awal waktu ketika saya menggunakan jasa kereta api saya masih merasakan kenyamanan di dalam perjalananan, walaupun (hanya) naik kereta bisinis. Namun akhir-akhir ini kenyamanan tersebut mulai saya rsakan berkurang. Banyak penumpang tanpa tempat duduk memenuhi gang dalam gerbong kereta. Mengapa saya katakan mereka mengganggu kenyamanan, karena mereka duduk di tempat yang semestinya bukan untuk duduk sehingga sangat smenganggu penumpang yang mendapatkan tempat duduk. Saya merasakan ketika akan ke kamar kecil, untuk sampai di kamar kecil harus melalui perjuangan lompat di sana dan di sini menghindari banyaknya penumpang yang duduk dan tiduran di gang. Belum lagi mereka yang tidur atau seenaknya memasukkan kakinya ke ruangan kaki yang seharusnya digunakan oleh penumpang yang memperoleh tempat duduk. Ditambah lagi dengan adanya kebijakan penumpang tanpa tempat duduk jumlahnya sampai dengan 50% kapasitas normal gerbong kereta. Anda bayangkan dalam satu gerbong yang seharsuny disii 64 orang, tapi masih harus menampung 32 orang yang tidak mendapatkan tempat duduk. Tentulah kenyamanan yang menjadi korbannya. Kenyamanan yang diinginkan oleh pelanggan setianya, dikorbankan dengan kepentingan mendapatkan pemasukan uang tiket sebanyak-banyaknya.
Memang kereta yang saya maksudkan adalah kelas bisnis. Tentunya berbeda dengan kelas eksekuitf tapi seharusnya juga berbeda dengan kelas ekonomi. Logikanya pelayanan yang diterima pun pertengahan antara dua kelas tersebut. Dengan kuota penumpang tanpa tempat duduk sampai dengan 50% dan ruang kosong dalam kereta yang terbatas tentunya hanya mempersamakan pelayanan layaknya kelas ekonomi. Memang pembatasan penumpang tanpa tempat duduk merupakan salah satu upaya memberikan kenyamanan kepada penumpang secara keseluruhan. Namun penentuan persentase maksimal banyaknya penumpang tanpa tempat itulah yang harus dipertimbangkan lagi oleh PT KAI. Perhitungan dengan seksama dengan memperhatikan ruangan yang tersisa dalam gerbong dan kenyamanan penumpang lainnya adalah sesuatu yang mutlak harus dipikirkan. Bukan hanya perhitungan berapa berat gerbong maksimal yang dapat ditarik oleh lokomotif saja. Apabila pertimbangannya hanyalah berapa beban muatan maksimal, maka pelayanan dan kenyamanan yang akan menjadi korban.
Salah satu alasan yang membuat saya memilih moda angkutan kereta api adalah sisi ketepatan waktunya dibandingkan dengan moda angkutan yang lain seperti travel atau bis. Berdasarkan pengalaman waktu perjalanan kereta api lebih tepat dibandingkan dengan moda angkutan yang lain. Namun saya sering bertanya-tanya, mengapa jadwal kedatangan kereta api selama saya menggunakan jasa angkutan ini belum pernah tepat sesuai dengan jadwal yang tertulis di tiket kereta. Satu kali pun saya belum pernah mengalami kedatanganan yang sama atau lebih cepat dari jadwal yang tercantum di tiketnya, sampai-sampai ada anekdot “itu ditulis supaya untuk mengetahui berapa menit atau jam keterlambatannya, bukan untuk menandai kapan kereta akan akan sampai di staisun tujuan”. Penulisan jadwal kedatangan dalam tiket tentunya bukan hal yang kebetulan saja, ada suatu perhitungan matematis (menurut PT KAI tentunya) sehingga dapat menuliskan jadwal tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa selalu (tidak pernah) terpenuhi? Mungkinkah perhitungannya yang salah atau masinis keretanya yang salah? Hanya PT KAI dan Allah yang tahu. Harapan saya tentunya jadwal tersebut menjadi sesuatu yang pasti dan dapat dijadikan acuan bagi pelangaan serta menjadi perhatian bagi PT KAI.
Tidaklah etis apabila hanya karena sebagai satu-satunya perusahaan jasa yang melayani angkutan kereta api dan tidak ada saingannya, maka kemudian mengorbanklan kualitas layanan kepada pelanggannya. Mau baik atau buruk pelayanannya, kereta api dimanapun akan tetap dicari masyarakat. Tapi citra yang baik akan lebih memberikan kesan wajah perusahaan yang baik di mata pelanggannya. Jangan sampai kelakar teman saya menjadi kenyataan dicaci tapi dicari, itulah kereta api.
Mudah-mudahan menjadi kritik yang membangun demi harapan pelanggan yang menunggu peningkatan pelayanan.
tulisanku, 10-03-2011, 14.00 WIB
3 komentar:
top markotop...
semoga PT.KAI mengetahui tulisan ini masnank ...
boss, tulisaanya bagus
mestinya kirim ke mana gitu....
Posting Komentar