![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcjhsNdeQkX0QTVKX_CIriKYUJ6gZukoYl-wXOtttPLPLFqoitawpp3Tp4CXFooQhKFHFdiXJKHiYOYABkvu0Mc6G7xG58WGhUgrLbbUl00d21-58BZwcI_nTjzsTyr9K49qFyzTPG8S8k/s1600/penjara.jpg)
Ketiak
adalah suatu tempat yang cepat mengeluarkan keringat. Karena posisinya
merupakan lipatan antara lengan atas dan badan kita, tempat tersebut biasanya
lembab dan menjadi sumber munculnya bakteri yang mengakibtkan bau badan. Makanya
sumber bau badan yang disebabkan oleh keringat biasanya biasanya berasal dari
ketiak kita. Namun apa yang kita lakukan, sudah tahu bahwa ketika kita
berkeringat maka ketiak kita bau, kenapa masih juga melakukan tindakan bodoh, ketika
badan terasa bau maka kita mencium ketiak.
Cicak
paling suka berkeliaran di musholla atau masjid. Dan biasanya ia akan
tinggalakn kotoran yang jatuh ke lantai. Ketika ada sebuah kotoran, dan kita
sudah yakin bentuknya itu adalah kotoran cicak maka biasanya kita akan
singkirkan. Kebiasaan anak-anak di musholla saya, mereka langsung mengambil
kotoran cicak yang sudah kering tersebut kemudian membuangnya. Dan anehnya untuk
memastikan mereka pun masih mencium kotoran tersebut.
Itulah
kekonyolan manusia. Atau mungkin bisa juga disebut dengan bodohnya manusia. Mencium
kotoran-kotoran tadi adalah salah satu bentuk jungkir baliknya logika manusia. Sudah
tahu bau masih juga diciumnya.
Penangkapan
(lagi) oleh KPK terhadap salah seorang anggota DPR bernama Damayanti Wisnu Putranti (DWP) yang baru saja terjadi
(walapun beritanya kalah seru dengan ledakan bom di Sarinah) adalah salah satu
bentuk kebdodohan manusia. Itu adalah penangkapan kesekian kali terhadap
anggota DPR. Bahkan mungkin sudah puluhan politisi, pejabat, birokrat yang
ditangkap karena urusan korupsi. Apakah mereka tidak tahu bahwa korupsi itu
adalah tindak pidana? Jawabnnya saya yakin 1000% bahwa mereka tahu. Alangkah
bodohnya mereka kalau mereka tidak tahu ketika kita memanggilnya dengan sebutan Yang
Mulia). Yang menjadikan kita heran adalah mengapa mereka masih melakukan juga.
Mereka sebenarnya sudah tahu bahwa korupsi itu resikonya masuk penjara, tetapi
mereka masih lakukan juga.
Kalau
mencium batu kotoran kuku, resikonya mungkin cuma perasaan tidak enak (atau
malah bangga) karena aroma kotoran tersebut. Tapi resiko untuk korupsi, apakah
sesederhana itu. Hotel prodeo sudah siap menyambutnya. Selain itu korupsi akan
menghancurkan karir, wibawa, keluarga dan kehidupan sosialnya. Kenapa itu masih
juga dilakukan. Konyol!
Apakah
mereka lakukan hal tersebut karena mereka terbiasa dengan kekonyolan-kekonyolan
kecil. Saya kira tidak. Tuhan menciptakan kebiasaan manusia dengan kekonyolan-kekonyolan
kecil tadi sebetulnya supaya manusia sadar bahwa setiap perbuatan konyol pasti
ada resikonya. Ketika dia melakukan kekonyolan-kekonyolan besar maka resikonya
pun menjadi lebih besar. Pesan yang harus dipahami adalah manusia harus mampu
meredam nafsunya alias berpikir dua kali untuk melakukan kebodohan-kebodohan yang
akan mengakibatkan dia masuk dalam lubang kebinaasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar