Rabu, 18 Oktober 2017

BUAH DEDIKASI

Pagi ini saya teringat sebuah kisah yang menjadi intro dalam sebuah buku tentang leadership (kepemimpinan). Kalau tidak salah, salah satu karakteristik orang yang mempunyai jiwa leadership adalah dia mempunyai sikap dedikasi, profesional dan kemampuan melayani yang luar biasa optimal.

Yang saya ingat adalah namanya George Bosch (mudah diingat karena saya punya mesin bor merknya Bosch), seorang pekerja kecil di sebuah hotel di Amerika (nama kotanya lupa). Suatu malam jam 1.30, ia kedatangan sepasang kakek dan nenek dari New York yang ingin menginap di hotel tempat Bosch bekerja, tapi semua kamar penuh. Sayangnya pula, semua hotel-hotel penuh karena ada 2 acara besar bersamaan di kota itu. Bosch kemudian tak sampai hati menolak si kakek nenek ini, mereka nampak sangat membutuhkan pertolongan. Bosch mengambil inisiatif mulia, ia persilahkan kamar pegawai yang satu-satunya yang tersedia untuk dia dan dispersilakan untuk si kakek nenek tersebut. Si kakek nenek tertolong.

Keesokan paginya, Bosch melayaninya sepenuh hati, membersihkan kamarnya, menyiapkan sarapan, mengangkat koper, mengambilkan taxi untuk ke bandara.Ketika mau masuk taksi si kakek berbisik kepada Bosch, "Jika suatu ketika nanti aku mendirikan hotel di New York, aku akan panggil engkau jadi GM disana." Itu saja yang diucapkan si kakek dengan penuh rasa haru dan terima kasih yang tak terhingga. Bosch pun menganggap hal tersebut hanya candaan saja.

Suatu hari, Bosch mendapat sepucuk surat, dan dibacanya. "Bosch, ingatkah engkau akan aku, 2 tahun lalu, ketika engkau menolong kakek nenek di malam hari jam 1.30 tanpa tumpangan? Berangkatlah ke New York minggu depan dengan tiket yang sudah aku siapkan." Setibanya di airport New York, si kakek nenek ini gantian yang menjemput si George dan membawanya ke tengah-tengah kota New York, "George maukah engkau mengelola hotelku ini sebagai GM?" Jawab George terheran-heran dan tidak percaya.

(Untuk lebih tepatnya aku coba googling, dan kalau google tidak salah), akhirnya Bosch bekerja sebagai GM pertama di hotel bintang lima termegah pertama di New York th 1965, yang bernama Hotel Waldrof Astoria New York yang dimiliki oleh kakek itu William Waldrof Astor. Itulah makna indah dari sikap dedikasi, profesionalitas dan pelayanan yang dilakukan secara prima pada hal yang kecil yang kemudian menjelma menjadi keberhasilan/kekuasaan yang besar.

Dedikasi, profesionalisme dan pelayanan yang maksimal akan menghasilkan keberhasilan yang maksimal, tapi tentunya berbeda-beda bentuknya tergantung di mana kita memberikan dedikasi dan pelayanan kita. Setiap apapun yang kita usahakan sekarang, itulah garis hidup kita di masa depan.

Wallaahu a’lam

sumber foto : google.com

ANTARA SEHAT DAN KUAT

Sebuah hadits masyhur riwayat Imam Muslim mengatakan mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan dengan mukmin yang lemah. Tidak diperdebatkan bahwa kuat dalam haidts ini adalah berkaitan dengan fisik.

Ada istilah kuat dan sehat. Boleh dapat dikatakan bahwa kuat adalah tahap berikutnya setelah sehat. Lalu apa arti kuat dalam hadits di atas? Itu adalah perkataan Rasulullah, sehingga tidak salah bila kita memberi arti kuat mengacu pada pribadi Rasulullah.

Ingat nama Rukanah bin Abdu Yazid. Jawara gulat Mekkah pada zaman Rasulullah. Diceritakan fisiknya tinggi besar, tenaganya kuat, lincah dan jago berkuda. Dia tidak terkalahkan, sampai Rasulullah bisa mengalahkannya, bahkan karena tidak percaya, Rukanah menantang dua kali dan dua kali juga dia tumbang.

Itulah definisi kuat dari orang yang mengeluarkan istilah kuat. Berat memang, karena butuh fisik yang luar biasa untuk mengalahkan jawara gulat. Tapi sebelum bicara kuat, kita turunlan levelnya dulu, kita bicara sehat.

Sehat bisa diperoleh dengan kombinasi makanan sehat dan olahraga yang cukup. Makan adalah kebutuhan, makanan sehat? Itu tinggal penyesuaian, saya berpendapat cukup mudah. Bagaiamana dengan olahraga? Nah ini yang ini agak berat.

Bagi yang belum terbiasa, berat untuk memulai, kalau sudah mulai, 5-10 menit olahraga pasti merasa sudah capek. Akhirnya berhenti angka durasi tersebut. Kenapa?

Ada satu rahasia yang perlu anda ketahui. Menurut penggiat olahraga, hormon endorphin (orang menyebutnya sebagai hormon bahagia) baru keluar setelah kita berolahraga 22 menit. Hormon inilah akan membuat anda senang dan bahagia, sehingga merangsang anda untuk terus melakukan aktivitas olahraga tersebut. Makanya setelah 22 menit, bukannya anda menjadi bosan tapi semakin anda bahagia dan bersemangat berolahraga.

Simpulannya olahragalah, kejar durasi 22 menit itu, dapatkan bahagia, dapatkan sehat, dan istiqomahlah, karena konsistensi berolahraga akan membuat kita menjadi mukmin yang kuat.

sumber foto : detikhealth


Rabu, 11 Januari 2017

AHOK LAGI

sumber gambar google.com
Saya adalah penduduk DIY, tapi lima hari dalam satu pekan saya tinggal di DKI, dan sisanya saya pulang dan tinggal di DIY. Jadi saya lebih pantas disebut penduduk DKI daripada penduduk DIY. Jadi kalau sekarang orang hiruk pikuk membahas calon gubernur DKI, sudah seharusnya saya ikut nimbrung. Tapi kalau dipikir lagi, karena yang menentukan terpilih atau tidaknya calon gubernur adalah suara pemilih yang didasarkan pada domisili KTP, maka saya pun berpikir tidak relevan kalau saya terlalu nimbrung dalam hiruk pikuknya PILKADA DKI.

Intinya silakan saja, kalau ada yang merasa bahwa Ahok mempunyai prestasi yang membanggakan untuk Jakarta, silakan beri kesempatan untuk memimpin lagi. Kalau anda selama ini mengklaim bahwa Jakarta lebih baik dari sebelumnya, silakan pilih dia. Memilihnya kembali hukumnya wajib bagi anda daripada memilih calon yang belum terbukti kinerjanya sebagai seorang gubernur.

Namun sebaliknya, jika ada yang mengatakan Ahok tanpa capaian sama sekali dan lebih banyak mudharatnya untuk Jakarta, tinggalkan dia. Jangan pilih dia untuk memimpin Jakarta lagi, karena pastinya akan membuat Jakarta semakin tertinggal dari kota-kota metropolitan lainnya. Kalau anda berpendapat seperti ini, memilih kembali berarti sebuah kesalahan besar bagi seorang warga Jakarta.

Dengan kalimat yang sederhana, alasan memilih atau tidak, antara orang yang digusur Ahok tentu berbeda dengan orang yang menikmati hasil gusuran Ahok.

Tapi sekali lagi saya tak pantas untuk berkomentar atau menilai Ahok karena saya bukan warga DKI. Tapi ada masalah yang membuat relevan kalau saya berkomentar. Walaupun itu penilaian saya sendiri. Saya ingin berkomentar terkait dengan penistaan agama yang telah dilakukan oleh Ahok. Kenapa saya berani gunakan kata penistaan (sekarang sedang disidangkan layak atau tidak disebut penistaan)? Tapi saya punya keyakinan bahwa penistaan atau bukan, dalam agama saya sudah ada yang berhak dan mempunyai kewenangan untuk memberikan penilaian yaitu MUI.

Sebagai warga Islam, ketika keyakinan saya dilecehkan, paling tidak saya harus berkomentar. Seharusnya seorang pejabat publik tidak boleh bicara sembarangan tentang agama orang lain orang di ruang publik. Dalam negara yang beragam keyakinan penduduknya, masalah agama adalah masalah sensititif. Dunia sudah membuktikan bahwa kalau kehidupan beragama tidak dikelola dengan baik, maka yang akan terjadi adalah kerepotan yang akan dialami oleh pemerintahannya. 

Satu-satunya cara untuk memaafkan perbuatan tersebut adalah adalah dengan memberikan kepastian tegaknya hukum yang adil terhadap pelaku penistaan agama. Selain menciptakan ketenangan umat, kepastian hukum juga akan membuktikan bahwa pemerintah serius dalam menciptakan suasana toleransi antar pemeluk agama. 

Penegakan hukum yang adil terhadap pelaku bukan berarti anti toleransi. Penegakan hukum yang adil adalah bagian dari menjaga toleransi. Ketika muncul peristiwa-peristiwa yang menciderai toleransi, maka satu-satunya cara adalah memberlakukan proses secara adil sehingga rasa aman dan nyaman dalam bertoleransi dapat dijaga.

INGIN SUKSES, BUATLAH PERSIAPAN

sumber gambar google.com
Sukses hanya akan diraih oleh orang yang memiliki persiapan. Semakin lama dan semakin baik persiapan, maka insya Allah sukses akan semakin mudah dicapai dan semakin baik level kesuksesannya. Kebanyakan orang melakukan persiapan karena takut gagal, sehingga sering kali orang dinilai tidak mampu mengontrol kekuatannya sendiri. Padahal tidak, bahkan Rasulluloh mengatakan bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang yang paling baik dalam melakukan persiapan.


Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW kedatangan lelaki dari kalangan Anshar bertanya, “Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.”

Mati adalah akhir dari kehidupan kita. Setelah mati kita tidak dapat lagi mengontrol kehidupan kita, karena kehidupan setelah mati sangat ditentukan dengan apa yang dilakukan ketika hidup.Dan Rasulullah pun memberikan petunjuk bagaimana agar kita mati dalam keadaan sukses.

Jika mempersiapkan kematian saja merupakan bagian dari kecerdasan, maka tentunya dalam kehidupan pun setiap kita harus memiliki persiapan. Kehidupan yang kita diberikan kemampuan untuk berusaha mengontrol apa yang akan kita capai, tentunya lebih memerlukan persiapan yang lebih baik. Semoga masing-masing kita sudah mempunyai persiapan yang cukup, bukan hanya untuk kesuksesan hidup baik dunia dan juga di akhirat, namun untuk menunjukkan bahwa kita dalah manusia yang cerdas.


Selasa, 19 Januari 2016

Keikhlasan Seorang Simbah


Tiba-tiba malam itu aku ingat sebuah peristiwa pada suatu pagi di hari Sabtu. Sekitar pukul 07.30, aku selesai menjalankan rutin di setiap Sabtu pagi, yaitu bermain sepak bola di sebuah lapangan yang jaraknya kurang lebih 3 km dari rumah. Ketika akan kubelokkan sepeda motorku, aku melihat seorang simbah-simbah (nenek-nenek dalam bahasa Jawa) yang menggendong keranjang bambu, akan menyeberang jalan. Kelihatan betul simbah itu sangat ragu-ragu bercampur takut, karena jalanan di pagi hari itu sangat ramai. Biasanya jalanan depan lapangan di pagi hari memang sangat ramai, dari kendaraan roda dua dan tiga hampir memenuhi jalanan di pagi hari. Kemudian kuhampiri simbah itu, dan aku bertanya (dengan bahasa Jawa tentunya), “ Mau ke mana mbah? Mau menyeberang ya?” Dijawab nenek itu,” Ya den, simbah mau ke pasar Cebongan, jalanan ramai sekali, mau menyeberang simbah takut.” Den adalah panggilan untuk seseorang yang dihormati, biasanya diberikan oleh orang -orang di desa.

Pasar Cebongan berjarak sekitar 1.5 km dari lapangan bola tempat saya bermain bola. Waktu itu pikiran saya karena kasihan, aku coba tawarkan ke simbah tadi, “Gimana mbah, kalau saya anter ke pasarnya?” Kebetulan memang arah jalan pulang searah dengan arah pasar Cebongan.Mendengar tawaranku tadi, tak kusangka, ucapan terima kasih dan pujian keluar dari bibir simbah tadi. Dan akhirnya nenek tadi aku bocengkan menuju ke pasar.

Selama perjalanan, simbah tadi bercerita bagaimana kondisi keluarganya. Dia sudah janda dan hidup dengan anak laki-lainya yang bungsu. Diusianya yang sudah tua, dia jualan apa saja di pasar. Menurut saya, anak-anaknya harusnya sudah tidak mengijinkan dia untuk pergi ke pasar sendirian, apalagi jalan sangat ramai. “Kok tidak minta diantar putranya mbah?” tanyaku, “Anak saya belum bangun den, tadi sudah saya bangunkan berkali-kali, tapi tetap tidak mau bangun, tadi malam pulangnya sudah larut malam”, jawab simbah tadi. Setelah itu, simbah tadi malah banyak cerita tentang anaknya yang masih tinggal dengannya, dan semua ceritanya hampir tidak ada yang baik mengenai anaknya tadi. Dari yang masih nganggur, kerjanya main terus, kalau pulang malam, dan itupun hanya makan dan terus tidur.

Sesampai di pasar, setelah turun dari sepeda motor, sebenarnya aku mau langsung memutar untuk pulang, tetapi tiba-tiba simbah tadi memegang tanganku dan..masya Allah..simbah tadi masih mengucapkan terima kasih dan medoakan dengan berbagai macam doa. Saking panjangnya apa yang didoakan oleh simbah tadi, aku sampai mematikan mesin motor saya. Aku hanya berkata dalam hati,”Alhamdulillah...sebuah anugerah yang amat luar biasa dipagi itu”. Aku sangat merasakan keikhlasan yang muncul begitu tulus. Keikhlasan yang menyertai doa simbah tadi sampai masuk ke dalam hati.

Mengenang kisah tadi, saya teringat kedua orang tua. Suatu saat nanti mereka akan memasuki umur seperti si simbah tadi. Tentunya mereka kepengin mempunyai anak-anak yang berbakti. Mereka berharap anak-anaknya akan menjadikan hidup mereka bahagia dan jiwa mereka tenang. Oleh karena itu tugas seorang anak adalah bagaimana ngemong orang tua sehingga mereka akan merasakan kehidupan sebenarnya menjelang akhir-akhir hayatnya.

Saya hanya berpikir dan berharap, semoga keikhlasan doa simbah tadi, membuat Allah mendengarkan dan berpaling untuk mengingatkan anaknya. Kebahagian orang tua adalah ketika melihat anak-anaknya berbakti dan mengerti kondisi orang tuanya. Mudah-mudahan dijelang hari-hari akhirnya, simbah tadi menemukan kebahagiaan bersama anaknya.

Aku pun hanya mengharap semoga doa yang ikhlas dari simbah tadi didengar dan dikabulkan oleh Allah. Kita tidak tahu dari mulut siapa doa yang akan dikabulkan oleh Allah. Dan semoga bisa menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan orang tua.

Kamis, 14 Januari 2016

e-FAKTUR DAN POTENSI PENYALAHGUNAANNYA

Berdasarkan data dari Ditjen Pajak, negara dirugikan sebesar Rp. 1,7 Trilyun dalam kurun waktu tahun 2009 s.d. 2014 akibat penerbitan faktur pajak fiktif. Itu belum termasuk jumlah faktur pajak bermasalah yang diduga diterbitkan oleh WP  yang seharusnya tidak menerbitkan faktur pajak. Data internal DJP menyebutkan masih banyak faktur pajak bermasalah yang berasal dari WP non Pengusaha Kena Pajak (PKP), faktur pajak ganda, dan PKP yang menerbitkan faktur pajak tetapi tidak melaporkan. Dari data kegiatan penegakkan hukum di bidang perpajakan, jumlah faktur pajak yang bermasalah tersebut jumlahnya lebih dari Rp 5 Trilyun setiap tahunnya.

Menjawab permasalahan tersebut, DJP menerbitkan sebuah aturan yang mewajibkan semua PKP menggunakan fakktur pajak berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-faktur. E-faktur  adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dengan aplikasi ini diharapkan penyalahgunaan faktur pajak dapat ditekan seminimal mungkin dan dari sisi biaya administrasi pajak, penggunaan e-faktur ini juga lebih efisisen.

Pada era yang serba digital, isu e-faktur sangatlah relevan untuk diterapkan. PKP akan merasa nyaman dalam proses pekerjaan maupun penyimpanan hasil pekerjaan. Penerbitan faktur pajak tidak lagi membutuhkan tanda tangan basah karena e-faktur ini menggunakan tanda tangan digital, dan tidak ada kewajiban untuk mencetak faktur pajak, serta aplikasi ini merupakan satu kesatuan dengan e-SPT.

Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa efektifkah e-faktur ini mengurangi jumlah penyalahgunaan faktur pajak.  E-faktur baru diberlakukan untuk semua PKP di wilayah Jawa dan Bali  mulai 1 Juli 2015. Apabila efektif atau tidaknya e-faktur dalam menekan jumlah penyalahgunaan faktur pajak diukur dengan jumlah penerbitan faktur pajak yang bermasalah, maka belum cukup waktu untuk melakukan evaluasi.

Pertimbangan e-faktur adalah untuk pencegahan atau preventif, maka yang perlu dilihat adalah sejauh mana mekanisme e-faktur ini bisa mencegah penyalahgunaan tersebut. Artinya setiap celah yang memungkinkan adanya penyalahgunaan faktur pajak harus bisa ditutupi dengan mekanisme e-faktur.

Seiring dengan kemajuan ekonomi, modus penyalahgunaan faktur pajak pun berkembang dan semakin komplek. Pada awalnya, penyalahgunaan faktur pajak hanya sebatas faktur pajak yang diterbitkan oleh yang tidak berhak atau faktur pajak yang tidak dilaporkan oleh PKP penerbit. Saat ini penyalahgunaan faktur sudah sedemikian komplek dan melibatkan perusahaan boneka yang sengaja dibuat untuk mendukung formalitas pelaporan faktur pajak tersebut. Penelitan formal pun akan sulit untuk mengidentifikasi kebenaran sebuah faktur pajak. Bahkan untuk mendukungnya pun, penerbit faktur pajak membuat sebuah transaksi  seolah-olah sebagai underlying transaksinya.

Tahapan yang harus dilakukan oleh PKP agar dapat menggunakan e-faktur adalah meminta sertifikat elektronik dan kode aktivasi, dan melakukan aktivasi setelah ada persetujuan dari KPP. Permohonan sertifikat elektronik harus dilakukan sendiri oleh pengurus perusahaan dengan cara datang langsung ke KPP. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut memang benar-benar ada dan siapa yang bertanggung jawab di perusahaan tersebut. Tahap selanjutnya yaitu  aktivasi dan penerbitan faktur pajak sebenarnya sama dengan proses pembuatan faktur pajak manual, yang membedakan adalah penerbitan ini dilakukan secara elektronik.

Titik kritis e-faktur berada saat KPP memberikan permohonan sertifikat elektronik. Tahap inilah yang sebenarnya diharapkan dapat dapat mencegah adanya penyalahgunaan faktur pajak. Dalam tahap ini KPP harus benar-benar selektif  dan hati-hati agar tidak salah memberikan sertifikat pada perusahaan yang seharusnya tidak berhak. Kontrol yang ketat dengan mempelajari karakteristik perusahaan yang biasanya menyalahgunakan faktur pajak perlu dilakukan oleh KPP. Kegiatan penegakan hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang menyalahgunakan faktur pajak, bisa dijadikan acuan untuk bisa mengindentifikasi perusahaan-perusahaan tersebut.

Kontrol yang ketat dalam setiap tahapan  pemberian e-faktur akan membantu menekan kemungkinan penyalahgunaan faktur pajak. Di sisi lain, penegakkan hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan penyalahgunaan faktur juga perlu dilakukan. Ada kecenderungan modus perusahaan semakin komplek dengan menyesuaikan perkembangan teknologi dan bisnis yang terjadi. Selain untuk memberikan efek jera, penegakkan hukum ini juga akan menambah perbendaharaan mengenai profil/karakteristik perusahaan yang biasanya menyalahgunakan faktur pajak.


KONYOLNYA MANUSIA

Ada kebiasaan-kebiasaan aneh yang dilakukan oleh manusia. Semua orang tahu bahwa kotoran yang terselip di antara kuku kaki dan bagian kulit adalah bau. Tapi kita sering melihat, atau bahkan kita sendiri melakukan hal yang konyol, yaitu masih mencium kotoran tersebut. Setelah mengutak-utik kuku dan mendapatkan sedikit kotorannya terkadang kita masih mendekatkan ke hidung untuk memastikan bahwa benda itu berbau. Kita pun yakin tanpa kita membau pun sebenarnya benda itu sudah pasti bau.

Ketiak adalah suatu tempat yang cepat mengeluarkan keringat. Karena posisinya merupakan lipatan antara lengan atas dan badan kita, tempat tersebut biasanya lembab dan menjadi sumber munculnya bakteri yang mengakibtkan bau badan. Makanya sumber bau badan yang disebabkan oleh keringat biasanya biasanya berasal dari ketiak kita. Namun apa yang kita lakukan, sudah tahu bahwa ketika kita berkeringat maka ketiak kita bau, kenapa masih juga melakukan tindakan bodoh, ketika badan terasa bau maka kita mencium ketiak.

Cicak paling suka berkeliaran di musholla atau masjid. Dan biasanya ia akan tinggalakn kotoran yang jatuh ke lantai. Ketika ada sebuah kotoran, dan kita sudah yakin bentuknya itu adalah kotoran cicak maka biasanya kita akan singkirkan. Kebiasaan anak-anak di musholla saya, mereka langsung mengambil kotoran cicak yang sudah kering tersebut kemudian membuangnya. Dan anehnya untuk memastikan mereka pun masih mencium kotoran tersebut.

Itulah kekonyolan manusia. Atau mungkin bisa juga disebut dengan bodohnya manusia. Mencium kotoran-kotoran tadi adalah salah satu bentuk jungkir baliknya logika manusia. Sudah tahu bau masih juga diciumnya.

Penangkapan (lagi) oleh KPK terhadap salah seorang anggota DPR bernama  Damayanti Wisnu Putranti (DWP)  yang baru saja terjadi (walapun beritanya kalah seru dengan ledakan bom di Sarinah) adalah salah satu bentuk kebdodohan manusia. Itu adalah penangkapan kesekian kali terhadap anggota DPR. Bahkan mungkin sudah puluhan politisi, pejabat, birokrat yang ditangkap karena urusan korupsi. Apakah mereka tidak tahu bahwa korupsi itu adalah tindak pidana? Jawabnnya saya yakin 1000% bahwa mereka tahu. Alangkah bodohnya mereka kalau mereka tidak tahu ketika kita memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia). Yang menjadikan kita heran adalah mengapa mereka masih melakukan juga. Mereka sebenarnya sudah tahu bahwa korupsi itu resikonya masuk penjara, tetapi mereka masih lakukan juga.

Kalau mencium batu kotoran kuku, resikonya mungkin cuma perasaan tidak enak (atau malah bangga) karena aroma kotoran tersebut. Tapi resiko untuk korupsi, apakah sesederhana itu. Hotel prodeo sudah siap menyambutnya. Selain itu korupsi akan menghancurkan karir, wibawa, keluarga dan kehidupan sosialnya. Kenapa itu masih juga dilakukan. Konyol!


Apakah mereka lakukan hal tersebut karena mereka terbiasa dengan kekonyolan-kekonyolan kecil. Saya kira tidak. Tuhan menciptakan kebiasaan manusia dengan kekonyolan-kekonyolan kecil tadi sebetulnya supaya manusia sadar bahwa setiap perbuatan konyol pasti ada resikonya. Ketika dia melakukan kekonyolan-kekonyolan besar maka resikonya pun menjadi lebih besar. Pesan yang harus dipahami adalah manusia harus mampu meredam nafsunya alias berpikir dua kali untuk melakukan kebodohan-kebodohan yang akan mengakibatkan dia masuk dalam lubang kebinaasaan.