Jumat, 25 Februari 2011

Harapan Masih Ada, Liverpool 1 - Sprata Praha 0


Selamat buat Liverpudlian, malam tadi Liverpool memastikan untuk tetap mempunyai harapan gelar di level Eropa. Liverpool berhasil mengalahkan Sparta Praha dengan skor 1-0. Dengan hasil ini, secara agregat Liverpool unggul 1-0, setelah pada pertandingan tandang di kandang Sparta, ditahan tanpa gol oleh tuan rumah.


Dirk Kuyt memastikan kemenganan tersebut, dengan mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan tersebut. Seperti penulis kutip dari www.kompas.com, "Kami pantas menang. Saya rasa para pemain pantas mendapat pujian dengan cara mereka bekerja, untuk determinasi mereka dan upaya mereka, dalam meraih hasil. Mereka tampil hebat. Rasa bangga mereka dan klub telah dihadiahi dengan sebuah gol," kata Dalglish, sang manajer.


Dengan hasil tersebut Liverpool akan menghadapi wakil Portugal, Sporting Braga, di babak 16 besar. Mudah-mudahan hasil tadi sebagai langkah awal untuk mendapatkan gelar di musim ini, setelah di level kompetisi dalam negeri, agaknya terlalu berat untuk bisa menjuarainya.


Tetap semangat, yuo’ll never walk alone....!



tulisanku, 25-02-2011, 07.04 WIB

Kamis, 24 Februari 2011

Waktu dan Tempat Kami Persilakan

Acara selanjutnya adalah sambutan Kepala Desa Ujung Waktu, untuk itu kepada Bapak Widyo Nugroho, waktu dan tempat kami persilakan.
Itu adalah sepenggal kalimat yang sering kita dengarkan ketika pembawa acara mempersilakan seseorang untuk memberikan sambutan atau ceramah dalam sutau acara. Sekilas kalimat tersebut tidak ada yang salah, terlebih lagi kalimat tersebut sudah merupakan kalimat yang biasa diucapkan oleh pembawa acara. Telinga kita pun sudah tidak akan merasakan sesuatu yang aneh dan salah atas kalimat tersebut.
Apabila kita cermati, pemilihan kata dalam kalimat tersebut tidak adalah tidak tepat. Marilah kita baca pelan-pelan dan coba kita pahami. Pemilihan kata dalam kalimat tersebut salah karena seolah-olah yang dipersilakan adalah waktu dan tempat, padahal maksud an tujuan dari pembawa acara adalah mempersilakan seseorang yang diminta untuk memberikan sambutan dalam acara tersebut. Mungkin pendengar pun tidak akan sampai detail memperhatikan kata demi kata dan memastikan kalimat itu benar, apalagi kemudian melakukan protes kepada pembawa acara.
Kebanggaan sebagai bangsa seharusnya tidak hanya karena mempunyai bahasa nasional, tetapi meliputi kebanggaan bisa berbahasa dengan baik dan benar. Apakah tidak sebaiknya pembawa acara mengucapkan kalimat berikut ini
Acara selanjutnya adalah sambutan Kepala Desa Ujung Waktu. Bapak Widyo Nugroho kami persilakan menuju tempat yang telah disediakan.

Penggunaan kalimat atau kata yang kurang tepat sering kita temui hampir setiap hari. Ketidaktepatan tersebut disebabkan oleh pemilihan kata yang salah dan tidak perlu dalam menyampaikan maksud dari si pembuat kalimat. Penulis pernah mendengar seorang pembawa acara berita olahraga menyampaikan berita terkait Liga Super Indonesia, kesebelasan A menang tiga kosong tanpa balas atas kesebelasan B atau atau kalimat ini, kesebelasan Liverpool mampu menahan imbang tanpa gol kesebelasan Sparta Praha
Pada kalimat pertama, pembawa cara seharusnya tidak menggunakan kata yang tidak perlu karena mempunyai arti yang sama. Pembawa acara seharusnya tidak perlu mengucapkan kata tanpa balas karena pengertian tanpa balas adalah tidak mencetak gol atau kosong, sehingga kalimat yang tepat adalah kesebelasan A menang tiga kosong atas kesebelasan B. Terkadang pembawa acara tersebut ingin menggunakan kalimat yang agak lain dengan tujuan memberikan variasi kalimat dan penekanan kesan tidak adanya perlawanan dari kesebelasan B, maka kalimatnya dapat diagnti dengan kesebelasan A menang tiga gol tanpa balas atas kesebelasan B. Walaupun berbeda, maksud dan inti dari kedua kalimat sebenarnya sama.
Pada kalimat kedua, maksud dari kalimat tersebut adalah pembawa acara ingin menyampaikan informasi bahwa Liverpool bermain imbang tanpa gol melawan Sparta Praha. Saya berpendapat walaupun maksud kalimatnya adalah seperti itu namun pemakaian kata menahan dalam kalimat tersebut kurang tepat. Menahan, biasanya dilakukan sebuah kesebelasan yang posisinya lebih tidak diunggulkan dibandingkan kesebelasan lawan tandingnya. Dalam kancah persepakbolaan Eropa, kita tahu bahwa peringkat Liverpool berada di atas Sparta Praha atau paling tidak Liverpool lebih diunggulkan. Terdapat juga pemakaian dua kata yang mempunyai arti sama, yaitu imbang dan tanpa gol. Jadi menurut saya kalimat yang tepat adalah adalah kesebelasan Sparta Praha mampu menahan tanpa gol kesebelasan Liverpool.

Pemilihan kata dalam sebuah kalilmat tidak semata-mata didasarkan pada apa maksud dan tujuan informasi yang disampaikan dalam kalimat tersebut. Kita perlu juga melihat informasi lain yang mungkin tersembunyi di balik infomasi tadi, sehingga pilihan kata menjadi tepat. Lalu bagaimana kalimat yang tepat untuk menggambarkan kekalahan Indonesia atas Turkmenistan pada pertandingan pra-olimpiade tadi malam, atau kekalahan Inter Milan dari Bayen Muenchen pada pertandingan Liga Champions dini hari tadi.
tulisanku, 24-02-20011, 07.28 WIB

Jumat, 18 Februari 2011

Shaf Pertama di Masjidku


Konon kabarnya masjid kantor saya (Kantor Pusat Ditjen Pajak) termasuk salah satu masjid megah yang ada dilingkungan perkantoran di Jakarta. Masjid dengan desain yang sangat artistik (mbuh ora ngerti model opo desainnya), dihiasi dengan pilar yang gagah, megah dan menjulang tinggi, menyembul di antara tingginya gedung-gedung diperkantoran Semanggi-Sudirman- Gatot Subroto. Kesan pertama bangunan tersebut ramping dan berisi tapi kokoh.

Sebagian besar dinding dan semua lantainya dibuat dari bahan marmer yang katanya marmer asli alam, yang menambah kesan kokohnya bangunan tersebut.

Kalau kita masuk ke dalam ruangan utama masjid, susana dingin langsung merasuk ke kulit kita. Dinding dan semua lantainya terbuat dari marmer, dengan luar biasa besarnya potongan-potongannya. Lantai marmer yang mengkilap memberikan asa dingin, masih ditambah pula dengan beberapa pendingan ruangan yang ada di atas dan samping ruangan, semakin menambah suasana lebih dingin. Lebih terasa lagi apabila kita duduk, (maaf) pantat kita pasti akan selalu kita geser untuk mengusir rasa dingin yang mulai menembus kain.
Yang istimewa dari ruangan masjid tersebut adalah shaf pertamanya. Kenapa shaf pertama? Suasana dingin yang melingkupi ruangan masjid tersebut, membuat takmir memberikan gelaran karpet pada shaf pertamanya, dan hanya shaf pertamanya, tidak ada yang lain. Nah inilah yang menjadikan shaf pertama menjadi istimewa. Pada jam-jam sholat banyak jamaah yang kemudian berburu waktu untuk mendapatkan barisan yang pertama, bukan mengapa, hanya untuk sekedar mendapatkan tempat duduk yang lebih hangat di dalam susana ruangan dan lantai yang dingin. Dapat dikatakan yang mendapatkan shaf pertama adalah hanya orang-orang pilihan, yaitu orang-orang yang mau lebih awal beberapa menit sebelum saat shalat tiba.

Yang banyak menjadi pertanyaan adalah kenapa hanya shaf pertama? Kenapa tidak dengan shaf-shaf belakangnya? Tidak ada yang tahu jawabannya. Yang ada hanya menebak, mungkin karpetnya kurang, atau mungkin karpet bisa merusak lapisan marmernya, atau mungkin supaya mudah membersihkannya, atau mungkin..dan mungkin yang lain, yang semua serba tidak pasti.
Namun ada sesuatu yang menarik bagi saya. Apapun alasannya, ternyata memasang karpet pada shaf pertama saja dalam lantai ruangan yang begitu dingin dapat memberikan motivasi kepada para pegawai atau jamaah untuk berkompetisi mendapatkan shaf yang pertama tersebut. Mereka akan lebih cepat dimasjid, dengan mengalokasikan waktu lebih banyak di awal. Walaupun niatannya adalah hanya sekedar mendapatkan tempat yang lebih hangat dan nyaman.
Kalau kita kaji lebih dalam, sebenarnya ada nilai religius yang melekat pada shaf pertama, yang kemudian mengangkat orang-orang yang ada di shaf tersebut pada tempat yang lebih mulia. Ada keistimewaan yang melebihi hangatnya tempat duduk kita pada shaf pertama karena berkarpet. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori adalah sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda
: “Kalau seandainya manusia mengetahui besarnya pahala yang ada pada panggilan (azan) dan shaf pertama kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan undian maka pasti mereka akan mengundinya. Dan kalaulah mereka mengetahui besarnya pahala yang akan didapatkan karena bersegera menuju shalat maka mereka pasti akan berlomba-lomba (untuk menghadirinya). Dan kalaulah seandainya mereka mengetahui besarnya pahala yang akan didapatkan dengan mengerjakan shalat isya dan subuh, maka pasti mereka akan mendatanginya meskipun harus dengan merangkak.”
Juga sebuah hadit dari Imam Muslim :
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Sebaik-baik shaf kaum laki-laki adalah di depan, dan sejelek-jeleknya adalah paling belakang. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah paling belakang, dan sejelek-jeleknya adalah yang paling depan.”

Begitulah, ada suatu nilai yang sangat istimewa shalat di shaf pertama. Nabi mengabarkan bahwa shaf yang terbaik bagi lelaki adalah yang paling depan sementara yang terjelek adalah shaf yang paling belakang. Karenanya beliau memperingatkan agar jangan sampai seseorang itu sengaja terlambat dan tidak mau berada di shaf terdepan, karena hal itu akan menjadi sebab Allah Ta’ala juga akan mengundurkan rahmat dan keutamaan-Nya kepada orang tersebut.

Jadi masihkah kita mensia-siakan kesempatan untuk bisa hadir diawal waktu shalat dan mendapatkan shaf pertama. Mungkin hanya sekedar kehangatan karpet atau kemuliaan dari Allah yang Maha Pemurah.

(sumber gambar www.kaskus.com)

tulisanku, 18-01-2011, 15.09 WIB

Kamis, 17 Februari 2011

Catatan dari Perpanjangan SIM

Hari Senin, 14 Februari 2011, saya sempatkan memperpanjang Surat Ijin Mengemudi (SIM C). Saya masih ingat 5 tahun yang lalu ketika saya memperpanjang SIM C sebelumnya, begitu masuk area parkir sudah banyak para calo SIM bergentanyangn menawarkan jasanya. Kalau kita masuk ruangan tunggunya, maka akan kita dapatkan, ruangan yang cukup luas namun sesak dengan orang dan tidak ber-AC pula, ditambah lagi tempat duduk yang jumlahnya kurang dibandingkan dengan jumlah pemohon yang antri. Belum lagi ada pungutan-pungutan lain, misalnya “cabut berkas” dan “dipaksa” untuk membeli beli dompet SIM.
Namun hari itu tampak lain. Begitu masuk wilayah Polres (kebetulan adalah Polres Sleman DIY), aroma peningkatan pelayanan sudah mulai terasa. Tidak ada calo lagi yang terang-terangan menawarkan jasanya ditempat parkir. Sebuah ruangan yang cukup besar dan sudah ber-AC, walaupun jumlah AC kurang begitu mendukung luas ruangan dan jumlah pemohon SIM, namun sudah lebih baik. Berbagai papan pengumuman pun sudah ditempel untuk mempermudah bagi siapa pun dan apapun keperluannya terkait dengan SIM.
Namun hari itu saya masih merasakan ada sesuatu mengganjal. Berikut ini ceritanya.

Beberapa hari sebelumnya, saya sudah coba mempelajari UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terutama yang terkait dengan SIM. Ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan:

  1. Untuk memperoleh SIM (baru) harus memenuh persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian (Pasal 81);
  2. Masa berlakunya SIM adalah 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali (Pasal 85 ayat 2), namun tata cara perpanjangan SIM tidak diatur dalam UU tersebut.
  3. Pada Pasal 88 disebutkan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, pengujian, dan penerbitan Surat Izin Mengemudi diatur dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, namun setelah saya coba tanya Pakdhe Google ternyata saya tidak menemukan Perkap yang mengatur hal tersebut.

Karena permohonan saya adalah perpanjangan SIM maka saya pun berasumsi bahwa syarat yang harus dipenuhi adalah cukup administratif dan kesehatan saja, karena tentunya syarat usia dan lulus ujian sudah terpenuhi pada waktu kali pertama mendapatkan SIM baru.
Menurut Pasal 81 ayat (3) syarat administratif meliputi identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk, pengisian formulir permohonan; dan rumusan sidik jari. Sedangkan menurut Pasal 81 ayat (4) syarat kesehatan meliputi sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter dan sehat rohani dengan surat lulus tes psikologi. Satu hal yang agak mendapat perhatian dari saya adalah adanya keharusan surat sehat rohani dengan surat lulus psikologi. Surat ini cukup susah dapatnya dan mahal, pikirku.

Karena waktu dan uang sangat berharga bagi saya, maka saya minta informasi dari seorang teman yang kerjanya di Polres untuk memastikan persyaratan perpanjangan SIM C. Tapi ternyata syaratnya cukup foto kopi KTP, foto kopi SIM lama dan surat keterangan sehat dari dokter. Dan benar, begitu sampai di tempat pelayanan SIM terpampang tulisan syarat perpanjangan SIM sama seperti apa yang disampaikan oleh teman saya tadi. Dan saya pun sudah mempersiapkan diri untuk mempersingkat waktu, antara lain dengan surat keterangan sehat dari dokter Puskesmas Mlati II.

Ketika sudah cukup lama mengantri saya pun dipanggil (lama antrenya adalah saat harus membayar biaya di loket BRI). Namun apa yang terjadi, surat keterangan dokter tadi ditolak dan harus menggantikannya dengan surat keterangan dokter yang ada klinik depan kantor Polres Sleman tersebut. Saya coba memberikan alasan, surat keterangan dokter yang diminta dalam persyaratan itu tidak dijelaskan harus dari mana, dan UU Nomor 22 tahun 2009 pun tidak mengaturnya, jadi kalau yang saya lampirkan adalah SK Sehat dari dokter Puskesmas menurut pendapat saya sudah cukup kuat (karena dokter plat merah). Namun alasan saya tetap tidak diterima dan sanggahan yang diberikan yang tidak membuat saya puas (harus dari dokter yang ditunjuk...mana ada kata-kata tersebut..baik di UU ataupun di papan pengumumunan Polres tidak ada).

Dengan berat hati saya pun mengalah ke klinik yang ditunjuk. Ternyata sebuah klinik kecil dan sudah antri belasan orang. Ada 2 orang petugas (petugas tensimeter dan penulis). Begitu saya datang kemudian diukur tekanan darahnya, kemudian dipanggil dan dapatlah surat keterangan dokter tersebut dengan membayar Rp. 20.000,-. Begitu saya baca ternyata banyak informasi yang ada dalam surat keterangan tersebut yaitu tekanan darah, tinggi dan berat badan, fungsi anggota tubuh, hasil periksa rabun mata, jarak pandang baca dan kesehatan secara umum, yang semua ditulis normal, padahal saya sama sekali tidak diperiksa hal-hal tersebut di atas. Kalau mau jujur, waktu saya mendapatkan SK Sehat dari dokter puskesmas saya malah benar-benar diperiksa oleh dokter, baik tekanan darah, tinggi dan berat badan, fungsi anggota tubuh, rabun mata, jarak pandang baca dan kesehatan secara umum, dan saya hanya bayar Rp. 3.000,-

Akhirnya saya harus kembali antri lagi dan baru jam 11.50 semua proses selesai, meleset jauh dari waktu yang sebelumnya sudah saya perhitungkan.

Yang masih menjadi pertanyaan saya adalah:

  1. Apakah SK Sehat dari dokter tersebut harus melalui dokter yang ditunjuk oleh pihak Polres, padahal tidak ada penjelasan harus dari dokter tertentu? Apakah SK Sehat dari dokter pemerintah tidak memenuhi syarat, padahal benar-benar dilakukan pemeriksaan;
  2. Seandainya menggunakan dokter yang ditunjuk tersebut, kenapa pemeriksaan yang dilakukan hanya formalitas saja? Persyaratan sehat dalam memperoleh ijin mengemudi harusnya menjadi perhatian karena pengguna SIM mempunyai pengaruh terhadap keselamatan dia sendiri dan pengguna jalan lainnya.


Kita tahu bahawa sekarang sudah dilakukan reformasi di tubuh Polri dengan adanya remunerasi. Dan kita tahu bahwa peningkatan pelayanan memang sudah dirasakan masyarakat, salah satunya pelayananan SIM. Namun harusnya perlu lebih diperluas dan tidak boleh setengah-setengah. Harus ada ketegasan dalam prosedur pemberian pelayanan, dan harus dihilangkan kesan mengada-ada.

Terima kasih Pak Polisi, semoga ke depan semakin baik.

tulisanku, 17-02-2011, 05.40 WIB

Jumat, 11 Februari 2011

Beberapa Kesalahan dalam Surat Dinas

Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.

Itulah sepenggal kalimat dalam penutup sebuah surat dinas. Sekilas memang tidak ada yang salah dalam kalimat tersebut. Bahkan kalimat tersebut sudah sangat lazim digunakan di berbagai kantor/instansi/lembaga (berdasarkan surat-surat dinas yang pernah saya baca). Bahwa maksud dari kalimat tersebut, si pengirim surat ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian yang telah diberikan oleh si penerima surat. Namun sebenarnya pemilihan kata-kata tersebut tidak tepat.
Beberapa kali membaca buku maupun literatur yang membahas tentang tata cara penulisan surat atau naskah dinas, saya dapat memastikan bahwa sebenarnya kalimat tersebut salah. Apabila si penulis surat (dalam hal ini adalah instansi, karena merupakan surat dinas) maka kalimat yang lebih tepat apabila tetap menggunakan pilihan kalimat seperti itu adalah :

Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. atau Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Mengapa akhiran nya diganti dengan Saudara atau Bapak? Surat adalah salah satu bentuk komunikasi satu arah antara pengirim dan penerima surat, sehingga yang diperlukan adalah kata ganti orang pertama (pengirim) dan kata ganti orang kedua (penerima). Nya adalah kata ganti orang ketiga, sehingga yang benar adalah menggunakan kata ganti orang kedua (anda atau kamu). Dikarenakan ini adalah surat dinas yang lebih mengutamakan kata-kata yang mengedepankan rasa estetika, maka sebaiknya diganti dengan kata sapaan (Saudara atau Bapak atau Ibu). Penulisan kata sapaan pun harus dengan menggunakan huruf besar.
Mengapa awalan di pada kata ucapkan diganti dengan kami. Yang mengucapkan terima kasih adalah si pengirim surat, sehingga kata yang tepat adalah kata ganti orang pertama yaitu saya atau aku. Dikarenakan surat dinas merepresentasikan instansi atau organisasi, maka perlu diperhalus dengan menggunakan gaya bahasa pluralis maiestatis, yaitu dengan menggunakan kata kami.

Selain kesalahan di atas, kesalahan-kesalahan yang masih sering kita jumpai adalah :

  1. Dalam pokok surat, masih sering kita jumpai tulisan Lampiran : - karena memang tidak ada yang dilampirkan. Dalam hal surat yang kita kirimkan tidak ada lampirannya, maka seharusnya kata lampiran tidak perlu kita tulis dalam pokok surat;
  2. Penulisan tujuan surat, sering kita temui, Kepada Yth. Bapak Drs. Hadi Sutrisno Kepala Badan Atom Nasional. Penulisan ini salah. Penulisan yang betul adalah tidak perlu menggunakan kata kepada, cukup seperti ini ;
    Yth. Bapak Hadi Sutrisno, atau

    Yth. Drs Hadi Sutrisno,
    atau
    Yth. Kepala Badan Atom Nasional
  3. Penggunaan kata Bersama surat ini.... dan Dengan surat ini..... Sering kita temui penggunaan kata-kata tersebut yang tidak tepat. Apabila surat kita mempunyai maksud menyampaikan sesuatu yang sifatnya adalah benda yang ada dalam lampiran surat maka kata yang tepat adalah menggunakan Bersama surat ini...., namun apabila hanya menyampaikan maksud dan tujuan sebagaimana diuraikan dalam isi surat (tanpa lampiran) maka kita menggunakan Dengan surat ini..... .

Mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan lain yang kita temui, namun sedikit yang saya tulis di atas semoga bermanfaat.

tulisanku, 11-02-2011, 13.00 WIB


“Memaknai Jejak-Jejak Kehidupan”

Sebuah buku baru saja saya pinjam dari perpustakaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, dengan judul “Memaknai Jejak-Jejak Kehidupan”, yang ditulis oleh Prof. Komarudin Hidayat. Terus terang beliau adalah penulis yang cukup saya kagumi. Sudah saya rindukan untuk membaca tulisan-tulisannya yang ringan tapi mendalam, sederhana tapi bermakna. Kenapa saya kagumi, karena tulisan-tulisannya mempunyai makna inspiratif dan kemampuan melakukan pilihan-pilihan kata yang dapat menggugah hati.

Berikut ini adalah tulisan (yang menurutku cukup menggugah) yang ada disampul belakang buku tersebut :

" Rutinitas adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, aktivitas kehidupan yang sudah rutin itu mudah dijalani, tidak memerlukan pemikiran dan persiapan serius dan semuanya akan berlangsung normal seperti biasanya. Namun, sesungguhnya kita mesti mewaspadai aktivitas yang sudah berjalan rutin serta mekanis bagaikan mesin karena kebiasaan yang sudah mapan akan membuat hati dan pikiran tumpul, kehilangan daya kreatif dan reflektifnya.
Dalam bahasa psikologi, hati-hati ketika Anda sudah merasa aman bersembunyi di balilk tembok comfort zone yang terbentuk oleh rutinitas karena yang sesungguhnya terjadi adalah Anda sudah terjebak dan terbelenggu dalam rutinitas yang membuat energi dan cahaya kehidupan kian redup, yang membuat seseorang tidak mampu lagi melihat perspektif kehidupan secara lebih luas, lebih dalam, lebih menyeluruh, dan lebih indah. Mereka yang tak mampu keluar dari tembok rutinitas yang membelenggu sulit untuk bisa bergabung menikmati festival kehidupan bersama semesta. "
tulisanku, 11-02-2011, 07.10 WIB

Kamis, 10 Februari 2011

Marah atau Sabar pada Pukulan Pertama


Kalau boleh jujur, dalam setiap harinya manusia pasti ada kemarahan. Ada saja beritayang berisikan sebuah informasi kemarahan. Apakah itu dalam lingkup pribadi manusia itu sendiri atau dalam lingkup manusia sebagai sebuah kelompok. Bahkan kita rasakan begitu mudahnya kemarahan masuk ke dalam diri manusia. Bahkan mungkin dapat dikatakan kemarahan tersebut menyulut setiap nafsu manusia secepat api membakar sebuah kertas. Pemicunya pun terkadang hanya sebuah perkara yang sangat sepele. Ada yang hanya dari percakapan yang ringan-ringan saja, atau pun mungkin sesuatu permasalahan yang sifatnya serius.

Apalagi kalau kita perhatikan di negara kita, daftar kemarahan yang kemudian menjurus kepada sarkasme tindakan sangat banyak kita temui. Dari perkara tuduh menuduh, penyelesaian kasus yang tidak tuntas dan memuaskan, ataupun permasalahan yang sebenarnya sudah pada jalur penyelesaiannya tapi ada pihak yang memprovokasi kemudian timbul kemarahan. Dalam tataran pribadi, kemarahan mungkin tidak menyebabkan sebuah kerusakan yang besar pada lingkungan sekitarnya, tetapi ketika kemarahan tersebut menghinggapi sebuah kelompok masyarakat, maka kerusakan di timbulkan pun sangat besar. Kita diingatkan kejadian beberapa waktu yang lalu, penyerangan oleh sekelompok orang terhadap jamaah Ahmadiyah, perusakan beberapa tempat ibadah oleh sekelompok oarang di Temanggung, ataupun kemarahan rakyat Mesir terhdaap presidennya. Semuanya mempunyai dampak yang sangat merusak.

Gede Prama dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa sebenarnya marah itu bukan niat awal dari manusia yang marah. Apakah benar apa yang dikatakan oleh Gede Prama tersebut? Sebenarnya diri manusia mempunyai dua sifat dasar yaitu jelek dan baik, tinggal mana yang akan terpicu kemudian muncul kepermukaan lahiriyah manusia tersebut. Adapun pemicunya bisa muncul akibat pengaruh dari orang tua, sekolah dan lingkungannya. Orang tua terkadang lupa bahwa ia menjadi teladan bagi anaknya, sehingga marah pun menjadi bagian dalam kehidupan keluarganya, seolah-olah hanya dia sendiri yang “menikmatinya”. Sekolah sebenarnya media untuk memberikan keteladanan yang baik dalam kehidupan siswanya, namun contoh-contoh kemarahan banyak ditemui siswa di lingkungan tersebut. Lingkungan adalah faktor pemicu timbulnya pemarah yang dominan, yang kemudian disirami dengan beberapa tontonan televisi yang mengumbar kemarahan, media sebagai bacaan yang mempertontonkan kebencian dan kenyataan sebuah kepemimpinan yang tidak bisa memberikan keteladanan. Semua itulah yang kemudian memicu manusia dengan mudah mengumbar kemarahan.

Kalau ada orang bertanya, apakah marah itu merupakan sifat baik? Tidak ada orang yang akan menjawab bahwa sifat marah itu baik. Marah akan menggerogoti badan kita dan membawa dalam suatu kondisi yang tidak baik, bahkan saya kira tidak ada salahnya sebuah perkataan “cepat marah cepat tua, cepat tua cepat matinya”. Pengaruh marah dalam badan manusia dipastikan tidak baik, walaupun ada yang bilang kalau sudah melampiaskan kemarahan maka akan merasakan sebuah kepuasan. Tapi orang tersebut tidak melihat efek dari tertumpahnya marah yang dikeluarkan. Hubungan antar manusia menjadi tidak harmonis, serba tidak nyaman, apalagi kalau sampai material menjadi korban, maka kerugian bisa dihitung dengan ukuran nominal uang. Lalu, pertanyaan berikutnya yangn muncul adalah apakah sifat pemarah dalam diri manusia harus dihilangkan? Kalau pertanyaan ini, mungkin jawabanya bermacam-macam. Ada logika berpikir yang mengatakan bahwa kalau ada bagian tubuh yang sakit dan tidak bermanfaat, maka seharusnya dibuang. Usus buntu yang sudah meradang dan membusuk lebih baik dipotong dan dibuang, rambut yang sudah terlalu panjang harus dipotong.

Seperti sudah saya sampaikan di awal tadi, dalam diri manusia selalu ada sifat baik dan jelek begitu pula sifat pemarah dan sabar. Itu adalah sudah given anugerah dari Allah Sang Pencipta. Walaupun sifat pemarah bukan merupakan sifat yang baik, bukan berarti kemudian harus dihilangkan. Sifat tersebut merupakan sifat bawaan jelek yang dilekatkan pada diri setiap orang, jadi kita tidak bisa menghilangkan sifat tersebut. Yang harus dilakukan adalah mengontrol sifat tadi supaya tidak lebih dominan dari sifat sabar, atau dengan kata lain sifat sabar harus selalu dipupuk agar lebih dominan dalam diri manusia.

Pemicu marah biasanya adalah adanya sebab yang berasal dari luar. Dalam keadaan normal, begitu ada pemicu maka respon yang paling cepat keluar adalah marah terlebih dahulu. Marah akan keluar tanpa halangan sedikitpun, karena itu merupakan energi negatif yang menyumbat dalam tubuh. Ketika kita bisa mengontrolnya, dengan berusaha memunculkan sabar, dipastikan kemarahan tidak akan keluar. Mengontrol bukan berarti memendam, karena memendam berarti menunda keluarnya amarah tadi. Dengan kesabaran yang lebih dahulu muncul maka diharapkan dapat meredam kemarahan. Memang berat, seperti kata-kata hikmah sabar sebenarnya adalah sabar pada pukulan pertama. Tapi masih ada pepatah satu lagi, alah bisa karena biasa (sesuatu yang berat akan terasa ringan kalau sudah menjadi kebiasaan). Dengan latihan yang tekun, tekad yang kuat, saya yakin kita bisa, karena kita mengharapkan suasana dan lingkungan tempat kita hidup damai dan nyaman.



tulisanku, 10-01-2011, 12.54 WIB

Selasa, 08 Februari 2011

Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi



Saat ini sudah masuk di bulan Februari 2011. Sebentar lagi adalah bulan Maret 2011. Salah satu kesibukkan Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) adalah mempersiapkan untuk pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun 2010 bagi kita yang sudah mempunyai NPWP, tentu saja NPWP orang pribadi. Batas waktu penyampaian SPT PPh OP tahun 2010 adalah tanggal 31 Maret 2011. Pada tanggal tersebut, SPT sudah harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.

Bagaimaana cara mengisi SPT Tahunan PPh OP? Menurut Kantor Pelayanan Pajak, pengisian SPT tersebut sebenarnya cukup mudah. Tapi apakah betul mudah. Sudah beberapa kali, saya mendapatkan pertanyaan tentang bagaiamana cara mengisi SPT dan SPT mana yang harus saya pakai. Bahkan dulu pernah diberikan kesempatan untuk membagi ilmu tata cara pengisian SPT Tahunan untuk karyawan dan dosen di sebuah perguruan tinggi, tapi kebanyakan mereka beranggapan mengisi SPT itu sulit. Banyak juga tetangga yang menanyakan yang mana yang harus diisi, karena ternyata mereka mendapatkan beberapa jenis formulir SPT.


Melalui tulisan ini saya ingin membagi “ilmu” tentang pengisian SPT Tahunan.


SPT Tahunan PPh OP ada 3 jenis yaitu Bentuk Formulir 1770SS, Bentuk Formulir 1770S dan Bentuk Formulir 1770. Setiap WP OP harus mengisi salah satu dari ketiga bentuk SPT tersebut . Kemudian sebagai WP OP kita harus mengisi formulir yang mana?

Bentuk Formulir 1770 diperuntukkan bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan:
  • dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
  • dari satu atau lebih pemberi kerja
  • penghasilan lain

Bentuk Formulir 1770S diperuntukkan bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan

  • dari satu atau lebih pemberi kerja;
  • dari dalam negeri lainnya; dan/atau
  • yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final,
Bentuk Formulir 1770 SS adalah bagi Wajib Pajak:
  • yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp60.000.000,00 setahun dan
  • tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi.

Mungkin lebih mudahnya adalah sebagai mana saya buat bagan berikut ini:



Cukup mudah bukan menentukan jenis formulir mana yang akan kita pakai dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh OP.


Nah kalau tip-nya supaya mudah dalam pengisisannya adalah sebagai berikut :


Untuk SPT Formulir 1770 SS :

  1. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja (form. 1721-A1 atau 1721-A2
  2. Mulailah mengisi SPT Tahunan sesuai data Anda.
  3. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada untuk menghindari permasalahan di kemudian hari (buat kertas kerja tersendiri).

Untuk SPT Formulir 1770 S :

  1. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja (form. 1721-A1 atau 1721-A2), bila Anda seorang pegawai.
  2. Siapkan bukti pemotongan pajak yang dilakukan pihak lain berkaitan dengan penghasilan yang pernah Anda diterima seperti Bukti Pemotongan PPh Pasal 23, Bukti Pemotongan Hadiah Undian, dll. apabila ada.
  3. Siapkan bukti pembayaran pajak yang dibayar sendiri (Surat Setoran Pajak atau Tanda Bukti Fiskal Luar Negeri), apabila ada.
  4. Siapkan bukti pembayaran zakat atas penghasilan kepada badan/lembaga amil zakat yang resmi/disahkan pemerintah, apabila ada.
  5. Buatlah rekapitulasi penghasilan selama setahun, baik yang sudah dipotong pajaknya oleh pihak lain atau yang belum.
  6. Mulailah mengisi SPT Tahunan setelah data umumnya terisi.
  7. Pengisian dimulai dari lampiran 1770S-I yang menyajikan penghasilan neto dari pekerjaan dan sumber penghasilan lainnya. Pergunakan data bukti pemotongan dari pihak lain untuk mengisinya.
  8. Isikan juga apabila Anda memiliki penghasilan yang belum dilakukan pemotongan oleh pihak lain.
  9. Ikuti petunjuk dalam formulir SPT yang bersangkutan (dalam setiap lembar bagian bawah terdapat petunjuk yang sangat jelas)
  10. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada untuk menghindari permasalahan di kemudian hari.

Untuk SPT Formulir 1770 :

  1. Siapkan/buat catatan penghasilan bruto atau peredaran usaha setiap hari selama setahun, bila Anda diperkenankan menggunakan PENCATATAN.
  2. Temukan tarif prosentase norma penghitungan penghasilan neto untuk jenis usaha Anda, misal: usaha salon di Yogyakarta ditetapkan tarifnya 28%, hal ini berarti penghasilan neto (laba bersih) usaha salon di Yogyakarta adalah 28% dari peredaran usaha.
  3. Bila menggunakan PEMBUKUAN, siapkan laporan keuangan (Neraca dan Lap. Rugilaba).
  4. Buat perbandingan laporan keuangan dengan tahun yang lalu. Analisis untuk peningkatan/pengurangan yang mencolok.
  5. Buat kertas kerja terlebih dahulu untuk menyesuaikan laporan keuangan versi akuntansi dengan ketentuan perpajakan.
  6. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja (form. 1721-A1 atau 1721-A2), bila Anda kebetulan juga seorang pegawai.
  7. Siapkan bukti pemotongan pajak yang dilakukan pihak lain berkaitan dengan penghasilan yang pernah Anda diterima seperti Bukti Pemotongan PPh Pasal 23, Bukti Pemotongan Hadiah Undian, dll., apabila ada.
  8. Siapkan bukti pembayaran pajak yang dibayar sendiri (Surat Setoran Pajak atau Tanda Bukti Fiskal Luar Negeri), apabila ada.
  9. Siapkan bukti pembayaran zakat atas penghasilan kepada badan/lembaga amil zakat yang resmi/disahkan pemerintah, apabila ada.
  10. Buatlah rekapitulasi penghasilan selama setahun, baik yang sudah dipotong pajaknya oleh pihak lain atau yang belum.
  11. Buat juga biaya-biaya yang berkenaan dengan perolehan penghasilan tersebut.
  12. Mulailah mengisi SPT Tahunan setelah data umumnya terisi.
  13. Pengisian dimulai dari lampiran 1770-I yang menyajikan penghitungan penghasilan neto. Isikan data laporan rugilaba pada lampiran 1770-I halaman 1 bila Anda menggunakan PEMBUKUAN. Bila tidak, Anda dapat melanjutkan pada halaman 2.
  14. Pergunakan data bukti pemotongan dari pihak lain untuk mengisi penghasilan yang diperoleh dari luar usaha/pekerjaan bebas.
  15. Isikan juga apabila Anda memiliki penghasilan yang belum dilakukan pemotongan oleh pihak lain.
  16. Ikuti petunjuk dalam formulir SPT yang bersangkutan (dalam setiap lembar bagian bawah terdapat petunjuk yang sangat jelas sumber angka dan ditujukan kemana)
  17. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada untuk menghindari permasalahan di kemudian hari.

Adapun teknis pengisiannya, tinggal ikuti saja petunjuk pengsisiannya. Anda bisa sekalian minta buku petunjuk pengisian SPT Tahunannya ke Kantor Pelayanan Pajak. Saya yakin kalau kita ikuti buku petunujuknya tersebut kita akan dengan mudah bisa mengisikannya.
Selamat mengisi SPT Tahunan.





tulisanku, 08-01-2011

Ono-ono Wae...(Singkatan Lucu)

Selalu ada yang lucu dan baru. Itulah paling tidak yang saya temukan setiap saya melakukan perjalanan. Pagi tadi di sebuah kendaraan tertulis PERBAKIN (Persatuan Bathuk Kinclong), ada-ada saja orang ini hanya ingin menyindir orang yang sudah semaikin menipis rambutnya. Sebenarnya masih ada lagi istilah yang lain, yaitu MBA (Makin Botak Aja), AGUS (Agak Gundhul Sedikit), GUNAWAN (Gundhul Tapi Menawan) SUKIRNO (Suka Mikir Porno) atau TBC (Tua Bothak Cluthak)


Kemudian saya berpikir untuk mengingat-ingat singkatan-singkatan lucu yang pernah aku temui. Berikut ini daftarnya :
OBLO (Organisasi Bocah Lali Omah) dan IMMI (Ikatan Malem Minggu Ijen) biasa untuk menyindir teman-teman yang biasanya akhir pekan pulang kampung karena sesuatu hal ternyata tidak pulang kampung. Atau yang yang sering ngeluyur JARUM SUPER (Jarang Dirumah Suka Pergi);

Waktu masih sekolah di SD ada kurikulum pembelajaran dengan dengan metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), dan karena tidak efektif diplesetkan jadi Cah Bodho Soyo Akeh, apalagi kalau sudah terkait dengan mata pelajaran MATEMATIKA (Makin Tekun Makin Tidak Karuan) bisa menambah pusing.

Ada juga singkatan gelar (sudah cukup lama adanya singkatan ini) Drs (Di Rumah Saja atau yang agak kasar Dasar Rodo Sinthing), BA (Bakul Angkringan), Letjen (Lewat Jendela) dan SPd (Sarjana Puyeng Ndhase). Ada pula untuk menambah percaya diri biasanya orang yang tinggi badan kurang dari rata-rata, dia menyatakan sebagai PENDEKAR (Pendhek dan Kekar), ada juga yang dengan mencukur rambutnya cepak, ABCD (ABRI Bukan Cepak Doang)

Kalau di Yogya, UGM tentunya universitas yang favorit dan ini menginspirasi untuk universitas-universitas swasta di Yogya yang ada dibuat singkatan-singkatan yang cukup lucu, misalnya:
  • UII (Universitas Indonesia I) plesetan dari Universitas Islam Indonesia
  • UGM (Universitas Godean Mangidul) menunjuk ke Universitas Mercubuana (dulu Universitas Wangsa Manggala) yang memang arahnya dari Godean ke selatan;
  • UMY (Universitas Mana Ya) untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
  • AKPER sebenarnya Akademi Keperawatan tapi diubah menjadi Akademi Peringas Peringis;
  • AKPRIND (Akademi Perindustrian..kalau tidak salah) diplesetkan menjadi Akademi Prindang Prinding;

Terkait dengan masa kuliah ada juga singkatan-singkatan nakal misalnya STMJ (Semester Tujuh Masih Jomblo) untuk menyindir yang belum punya pacar atau CBSA (Cinta Bersemi Sesama Aktifis).

Singkatan juga terkadang plesetan dari nama orang misalnya Santi Utomo (Sampe Nanti See You Tomorrow), Diana (Diam-diam Mempesona), Ramlan (Ramai Lancar), Rojali (Rokok Jarang Beli), Jamaludin (Jalan malam udara dingin) atau Sudirman (Suka Dirumah Teman)

Ada juga singkatan bahasa jawa yang diajarkan waktu kecil oleh ayahku (kata ayahku itu berasal dari kakekku juga jadi semacam plesetan boso kumpeni/Belanda) :
Karlondheren (Mbakar Telo Semendhe Keren)
Burnaskopen (Bubur Panas Kokopen)
Goingan Jimolatibeh (Nggogohi Jangan Driji Limo Dilati Kabeh)
Nerkongsis Seroten (maaf...Pener B*k*ng Ngisis Serotan)
Soerdheg Wheren (Susur Neng Nggedheg Ewer-eweren)
Idhus Talen (maaf lagi T*i Wedhus Untalen)
Lithel Bohimut (maaf lagi S*l*t Gatel Dileboni Semut)
Mbulan Kerno (Tumbu Neng Ndalan Singkirno)

Sebenarnya masih ada lagi tapi sudah menjurus saru dan tidak pantas misalnya Sumuk Ra Keringeten ada juga bahasa Perancis, misalnya Mahsong Kehkuse (Omah Kosong Okeh Tikuse), ada lagi asal bikin singkatan Jipat Surlat Kenthol (Kaji Mlumpat Susure Mencelat Tekene Kecanthol), Suru blegitu (Asu Turu Diblegi Watu), AMD (ABRI Mung Ndhase),

Itulah beberapa singkatan yang cukup lucu yang pernah saya temukan. Tentunya mohon maaf apabila menyinggung nama orang atau lembaga, semuanya hanyalah untuk goyunan saja, dengan harapans semoga bisa menjadi tombo stress dan menghibur...!


tulisanku, 08-01-2011


Jumat, 04 Februari 2011

Ubanku Sayang.....




Hari Kamis, 3 Februari 2011, saya menghadiri acara yang melibatkan alumni tempat kuliah sayan dulu, STAN Prodip Keuangan. Acara tersebut memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat bertemu dengan temen-temen lama (reuni tidak sengaja..ceritanya). Namun ada satu pertanyaan yang selalu muncul ketika satu demi satu temen lama saya tegur, “Nang, rambutmu kok sudah banyak ubannya?”. Tidak hanya satu bahkan sudah saya hitung sampai empat kali mendapatkan pertanyaan seperti itu.


Sebenarnya tidak hanya pas acara tersebut saja saya mendapatkan pertanyaan atau komentar tentang uban yang mulai banyak di rambut saya. Bahkan ketika ketemu temen lama, saudara jauh, ataupun keluarga sendiri, saya mendapatkan pertanyaan seperti itu. Biasanya saya cuma tersenyum, kadang juga saya jawab dengan berkelakar (ketika yang menanyakana da teman yang kebetulan sudah lulus MBA-Makin Botak Aja), “sebenarnya dulu aku ditanya malaikat karena usiaku sudah mulai tua, mau botak kepalanya atau mau tumbuh ubannya, maka aku jawab ‘aku mau tumbuh uban saja’... he he 2...”. Uban selalu identik dengan tua. Usia saya memang belum tua (kata saya sendiri...), baru 36 tahun, namun memang rambutku tumbuh begitu banyak, sehingga kata orang belum selayaknya tumbuh uban di kepala. Dari beberapa artikel yang saya baca, tumbuhnya uban pada usia muda memang bukan merupakan suatu hal yang wajar. Diperkirakan bahawa hal tersebut disebabkan oleh hal-hal diluar karena faktor usia yang semakin menua. Ada yang mengatakan bahwa uban pada usia muda disebabkan oleh kekurangan unsur vitamin dan gisi, faktor gen atau keturunan, faktor stres, kelainan metabolisme atau mungkin pemakain jenis sampo yang tidak cocok. Semua penyebab tersebut sudah dianalisis para ahli kesehatan rambut dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah tentunya.


Apa pun penyebabnya, namun saya berpendapat bahwa uban yang tumbuh di kepala saya bukanlah karena stres, karena selama ini saya merasa baik-baik saja, tidak ada tekanan dan cenderung mengalami kehidupan yang selalu menyenangkan. Karena prinsip saya dalam kehidupan ini adalah “kalau tidak dinikmati, sayang waktu dalam kehidupan kita”. Kalau boleh berpendapat, kemungkinan besar adalah faktor gen atau keturuan (ayah saya juga sudah beruban dari saat usia muda) atau bisa saja kurang gisi (di waktu kecil makan telur saja dibagi dua atau bahkan empat, makan tempe diiris miring jadi dua juga). Wallahu a’lam, hanya Allah yang tahu.
Namun, apapun komentar orang, temen, dan siapa pun juga, saya tetap menjadi orang yang nyaman dengan anugerah yang terlalu awal diberikan oleh Allah ini, sesuai dengan prinsip saya “dinikmati saja”. Kenapa saya bisa menikmati ? Ada beberapa alasan :

  1. Uban tidak tidak akan mengurangi kenikmatan dalam mejalani kehidupan ini. Uban tidak akan menjadikan kita merasa ada yang kurang dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak seperti orang yang mungkin karena sesuatu hal kemudian kehilangan salah satu panca inderanya atau anggota badannya, uban sama sekali tidak berpengaruh terhadap keseharian kita;
  2. Uban akan mengingatkan kita, bahwa kita sudah semakin bertambah umurnya. Sudah tiba saatnya untuk mengevaluasi pribadi kita, dan mengakselerasi sesuatu yang dirasa kurang di sisa umur kita. Pada dasarnya uban akan membuat kita tidak “kemaki” lagi karena usia semakin bertambah.
  3. Uban memberikan keistimewaan pada diri saya.
    Artikel dalam detikhot yang dikutip dari Giulia Simolo dari Askmen, uban adalah salah kekurangan laki-laki yang justru dianggap menjadi sebuah daya tarik oleh para wanita, karena menjadi lambang kematangan dan kedewasaan bagi seorang pria. Jadi uban bukanlah sebuah aib, tapi sebuah kebanggaan.

Namun walaupun saya merasa nyaman dengan uban saya, namun banyak masukkan dari teman dan kerabat untuk mengurangi kecepatan bertambahnya uban pada usia muda, dikarenakan warna putih uban tidak dapat diubah menjadi hitam lagi. Saran yang saya dapatkan adalah dengan melakukan olahraga yang cukup dan dari sisi makanan, dianjurkan untuk mengonsumsi sumber pangan yang berkhasiat menguatkan ginjal dan paru-paru. Untuk pemakaian minyak rambut alami yang dibuat dari minyak wijen, kemiri, atau cem-ceman daun mangkokan serta daun dan bunga sepatu juga sangat baik untuk memperlambat uban.







tulisanku, 4 Januari 2011




Selasa, 01 Februari 2011

Begitulah..Mendidik Anak-Anak..!

Setiap pagi biasanya komputer kubuka jam 07.15. Ini hari Jumat, dan saya datang kantor agak pagi, dan mungkin juga menjadi hari krida bagi pegawai-pegawai di lingkungan birokrasi, ada senam pagi kemudian dilanjutkan makan bubur kacang ijo. Walaupun kantorku sudah tidak ada senam pagi, (mungkin keterbatasan tempat), namun makan bubur kacang ijo masih tetap jalan.
Sambil menikmati kacang ijo, kubuka komputerku, ternyata istri sudah on line juga. Setelah haha hihi, maklum ketemu mukanya cuma tiap sabtu dan ahad, istri curhat tentang anak-anak. Najwa, katanya, sekarang gampang sekali cengeng. Tadi mau berangkat sekolah langsung nangis hanya karena dibilangi kakaknya, “cepetan dik, sudah siang!”. Memang beberapa hhari terakhir ini, hanya karena masalah kecil saja, anak saya tersebut gampang nangis dan terus ngambek. Kadang-kadang hanya kesenggol sedikit oleh kakaknya, laporannya disakiti oleh kakaknya, kemudian menangis. Belum lagi adiknya Tiara, sekarang juga manja banget, dan tidak mau kalah dengan dua kakaknya. Intinya istri saya merasa sangat kerepotan dan kadang capek melihat hal seperti itu. Tiada kata yang bisa kuucapkan selain,” ya sudah dik, bagaimana lagi namanya anak-anak”, karena memang ‘harus pegimana lagi......’.
Memang anakku yang kedua ini rada spesial. Najwa namanya, umur sudah 7,5 tahun, Ia begitu cengengnya, kadag-kadang hanya masalah kecil kemudian langsung “sedheprok” dilantai dan nangis, kadang hanya diusili kakaknya langsung menangis, lupa mengerjakan PR langsung menangis. Anakku yang pertama, Dafa, 11 tahun, lain lagi, kalau dengan adiknya (Najwa) begitu tidak sukanya, sebegitunya sampai-sampai mau disayang oleh adiknya dia marah-marah, kalau marah minta ampun pelampiasannya. Nah begitulah, anak-anak menurutku. Kadang lebih banyak membuat kita menjadi kesal, capek, dan merasa kurang dihargai oleh mereka.
Bagaimanapun juga, anak-anak adalah amanah dari Allah. Semua penerima amanah pasti akan dimintai pertangggungjawaban bagaimana amanah itu ditunaikan dengan baik.Agar menjadi pengemban amanah yang baik tentunya harus bisa mengambil hikmah dari pengalaman kita. Ada beberapa hal yang aku dapatkan setelah saya dikaruniai anak-anak tersebut.
  1. Setiap anak mempunyai karakteristik sendiri;
    Saya pernah mendampingi anak saya belajar tentang ‘tambah dan selisih’, kalau tidak salah ada kasus seperti ini “Ada ikan berada pada kedalam 50 cm dibawah permukaan laut, kemudian dia meloncat 30 cm di atas permukaan laut untuk menangkap mangsanya, berapa jumlah jarak yang dilewati oleh ikan tersebut?” Saya membuat contoh persamaan matematika, bahkan sampai 3 atau 4 contoh, namun anak saya belum juga bisa menyelesaikan kasus tersebut. Akhirnya saya buat ilustrasi dengan gerakan (seolah-olah ikan), barulah dia memahami.
    Seperti kata-kata hikmah, setiap anak akan membawa rejeki sendiri-sendiri, begitu pula karakteristik. Kesalahan dalam memperlakukan anak-anak adalah saat memperlakukan mereka dengan sangkaan bahwa ‘setiap anak sama saja’. Jangan pernah berharap bahwa anak kita mempunyai watak yang sama. Itu salah, anak membawa watak dan karakteristik sendiri. Jadi jangan mendidik anak hanya dengan berpedoman menurut usia mereka. Wah... kayak seorang ahli anak-anak saja. Namun hal tersebut sudah saya alami, bahwa harus memahami dulu karakter, sehingga kita akan tepat mendidik anak menurut karakternya.
  2. Setiap anak akan mencari sosok yang dijadikan contoh;
    Saya masih ingat, apabila saya mengamati barang-barang di supermarket, saya selalu bersedekap atau “mbondo tangan”, ee...anak saya selalu ikut-ikutan seperti itu dibelakang saya. Ini satu lagi, saya coba mengajari anak-anak menggosok gigi yang benar, tapi prakteknya ternyata tidak benar, barulah setelah saya bareng-bareng menggosok gigi bersama mereka, mereka mulai benar cara gosok giginya.
    Keteladanan dan contoh adalah hal yang mutlak dalam mendidik anak-anak. Artinya bahwa anak-anak akan mengambil sikap kita sebagai acuan tindakan mereka, bahkan terhadap tingkah laku kita yang tidak kita sadari atau sepele. Oleh karena itu kehati-hatian dalam bersikap, hati-hati dalam ucapan dan perbutana adalah mutlak harus dilakukan oleh orang tua.
  3. Berpikirlah sebelum kita melakukan suatu tindakan kepada anak-anak kita;
    Suatu kali, ketika saya diburu-buru oleh suatu pekerjaan, saya coba agak keras ngomong ke anak saya, “minggir dulu mas, nanti pekerjaan ini ndak selesai!” sambil saya dorong sedikit anak tersebut. Setelah itu apa yang terjadi, anak saya tersebut ngambek dan meninggalkan ruangan dengan wajah marah. Atau pernahkah kita sering melihat wajah anak kita ketika sedang tidur dan coba kita bayangkan ketika kita memarahinya. Pasti ada perasaan menyesal dan kasihan. Sejenak berpikir sebelum melakukan suatu hal kepada anak kita adalah suatu hal yang sangat bijaksana. Jangan sampai kita mneyesal setelahnya ataupun mungkin malah membuat anak tersebut menjadi menjauh dari kita.
    Kuncinya adalah berfikir sebelum bertindak dan bersabar sebelum menghukum. Kadang keduanya akan terasa sulit masuk ke benak kita ketika yang kita hadapi anak-anak. Namun ketika kita mau berfikfir dan bersabar, dipastikan tidak ada penyesalan pada akhirnya.
  4. Setiap anak akan meminta haknya untuk bermain dengan orang tuanya;
    Setiap pulang ke rumah, setiap Sabtu dan Ahad, pasti ada saja salah satu anak saya minta main. Kadang Dafa ngajak main kelereng, Najwa ngajak main bulu tangkis dan Tiara ngajak main puzzle atau kartu. Suatu hal yang sangat tidak pas dilakukan oleh orang dewasa, bahkan kita cenderung malas untuk mengikutinya. Apalagi kita mempunyai pekerjaan yang lebih penting. Apakah benar seperti itu? Sebenarnya kalau kita mau sempatkan untuk mengikuti ajakan tersebut, akan menjadi jalan kita menjalin hubungan yang lebih erat dengan anak-anak kita. Anak-anak tidak selalu harus bernain dengan anak-anak yang sebaya juga, namun kedekatan dengan orang tua dapat dibentuk melalui pemberian hak bermain bersama mereka.
    Sebuah artikel yang saya baca mengatakan bahwa, pembentukan karakter yang baik oleh orang tua dapat diberikan kepada anak-anaknya dengan masuk ke dalam dunianya.

    Jumat, 28-01-2011