Jumat, 06 Mei 2011

Jangan Melihat dari Sudut Pandang yang Sempit

Dari sebuah email, saya mendapatkan sebuah pelajaran begitu berharga untuk dijadikan sebuah renungan. Berikut ini adalah pelajaran tersebut :

Suatu hari seorang suami pulang dari bekerja kerja, dan mendapati tiga orang anaknya sedang berada di depan rumah.
Semuanya bermain lumpur, dan masih memakai pakaian tidur
Berarti semenjak bangun tidur, mereka belum mandi dan belum berganti pakaian

Sang suami melangkah menuju ke dalam rumah, ternyata .. kotak-kotak bekas bungkus makanan tersebar di mana-mana, kertas-kertas bungkus dan plastic bertebaran tidak karuan dan … pintu rumah bagian depan dalam keadaan terbuka.

Begitu ia melewati pintu dan masuk ke rumah lebih dalam lagi masyaAllah, kacau … berantakan …, ada lampu yang pecah, ada sajjadah yang tertempel dengan permen karet di dinding, televisi dalam keadaan on dan dengan volume maksimal, boneka bertebaran di mana-mana, pakaian acak-acakan tidak karuan menyebar ke seluruh penjuru ruangan.

Tak jauh berbeda adalah ruangan dapur, tempat cucian piring penuh dengan piring kotor, sisa makanan pagi masih ada di atas meja makan, pintu kulkas terbuka lebar.

Sang suami mencoba melihat lantai atas.
Ia langkahi boneka-boneka yang berserakan itu.
Ia injak-injak pula pakaian yang berserakan tersebut, maksudnya adalah hendak mendapatkan istrinya, siapa tahu ada masalah serius dengannya.
Pertama sekali ia dikejutkan oleh air yang meluber dari kamar mandi semua handuk berada di atas lantai dan basah kuyup sabun telah berubah menjadi buih tisu kamar mandi sudah tidak karuan rupa, bentuk dan tempatnya cermin penuh dengan coretan-coretan odol.

dan

Begitu ia melompat ke kamar tidur, ia dapati istrinya sedang tiduran sambil membaca komik!!!
Melihat kepanikan sang suami, sang istri memandang kepadanya dengan tersenyum. Dengan penuh keheranan sang suami bertanya: “apa yang terjadi hari ini wahai istriku?!!”.

Sekali lagi sang istri tersenyum seraya berkata:“bukankah setiap kali pulang kerja engkau bertanya dengan penuh ketidak puasan: ‘apa sih yang kamu kerjakan hari ini wahai istriku’, bukankah begitu wahai suamiku tersayang?!”
“Betul” jawab sang suami.
“Baik” kata sang istri “hari ini, aku tidak melakukan apa yang biasanya aku lakukan”.

Pesan yang ingin disampaikan adalah:
  1. Penting sekali semua orang memahami, betapa orang lain mati-matian dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang lain itu agar kehidupan ini tetap berimbang, berimbang antara take and give.

  2. Dan … agar tidak ada yang mengira bahwa dialah satu-satunya orang yang habis-habisan dalam berkorban, menanggung derita, menghadapi kesulitan dan masalah serta menyelesaikannya.

  3. Dan … jangan dikira bahwa orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang tampaknya santai, diam, dan enak-enakan … jangan dikira bahwa mereka tidak mempunyai andil apa-apaa

  4. Oleh karena itu, hargailah jerih payah dan kiprah orang lain dan jangan melihat dari sudut pandang yang sempit.

2 komentar:

WONDEFULL UMROH - SUGENG mengatakan...

Wah keren nih mas Anank, Gmna kabarnya?

Anang Anggarjito mengatakan...

Alahmdulillah..baik mas Big..