Kamis, 25 Agustus 2011

MULIA DENGAN SEDERHANA


Terdapat hubungan erat antara makna puasa dengan makna sederhana. Makna kata puasa sendiri berarti mehanan, yaitu menahan dari sebuah aktivitas yang dihalalkan pada bulan-bulan selain bulan puasa, antara lain makan, minum dan berhubungan suami istri. Titik tekannya adalah menahan dari sesuatu perkerjaan yang selama ini dibolehkan. Sederhana sendiri dapat diartikan sebuah sikap menahan untuk mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan padahal ia mampu memenuhi keinginannya tersebut. Disinilah salah satu tujuan ajaran puasa yang mendidik manusia untuk bisa berlaku hidup sederhana. Ketika manusia sudah mampu menyandang kesederhanaan dalam hidupnya, manusia akan mencapai sebuah posisi yang dihormati ketika dia masih hidup dan bahkan akan dikenang ketika dia sudah meninggal dunia.
Apabila kita baca sejarah, tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan peradaan di dunia, umumnya adalah tokoh-tokoh yang gaya hidupnya sederhana. Mereka besar dan mempunyai pengaruh karena kebesaran jiwanya, kerendahan hati dari akhlaknya, dan tingginya cita-cita pemikirannya. Banyak dari mereka berasal dari kalangan negarawan atau politikus, ilmuwan, sastrawan dan pendidik. Mereka mampu membangun peradaban dunia ini dengan kesederhaannnya. Apabila kita pikir, sebenarnya dengan ketokohannya mereka sebenarnya mampu untuk bisa hidup berlebihan, mereka mampu mengemas hidupnya menjadi serba wah, namun mereka tidak mau mengambilnya karena mereka lebih percaya bahwa kemewahan jiwa dan kebesaran hatilah adalah yang akan membuat mulia. Sebutlah salah satu tokoh politik dan negarawan Ayatullah Khoemini atau penerusnya sekarang yaitu Ahmadinejad, presiden Iran. Keduanya adalah tokoh yang mampu menjadi pemimpn yang dicintai rakyat Iran dengan segala kesederhaannya. Mereka adalah tokoh politik yang memberikan contoh riil tentang makna sederhana, ketika semuanya sebenarnya bisa mereka dapatkan dengan mudah. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan pemimpin kita atau politisi kita saat ini?
Kasus Nazarudin adalah jawabannya. Banyak politisi kita yang terjebak dalam keinginan untuk tampil wah dengan mengemas penampilan luar sebagai sosok yang menurut mereka disegani dan berwibawa. Mereka rela melakukan apapun untuk mendapatkan sarana berupa harta yang akan digunakan untuk memoles dirinya agar menjadi pribadi yang dihormati dan dan memoles partainya agar menjadi partai besar yang diperhitungkan. Aiasan kepragmatisan adalah jawabannya, mumpung ada kesempatan maka kesempatan tersebut diambilnya dengan mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.
Sebenarnya contoh kesederahaan sudah diberikan oleh para pejuang yang merebut dan mempertahankan kemerkdaan kita. Kebesaran mereka, mereka dapatkan bukan dari kekayaan meraka, karena mereka memang tidak memmpunyai harta berlimpah, namun dari kebesaran jiwa yang dia miliki dan keikhlasan dalam perjuangannya. Lain hanya dengan kebanyakan pejabat dan politisi kita, yang mereka berjuang untuk kebesaran lahiriah dan kepuasaan ekonomisnya. Mereka selalu bicara fasilitas, gaji, tunjangan dan hal-hal lainnya yang seolah-olah menjadi hak mereka setelah mereka menduduki jabatan tersebut, padahal prestasi kerja mereka pun tidak menonjol. Para pejuang kemerdekaan negeri ini berbeda 180 derajat. Dengan kebesaran jiwa dan kesederhaaannya, nama para pejuang akan tetap menghias sejarah melebih umur biologis yang mereka dapatkan sebenarnya.
Sudah saatnya para pemimpin dan politisi kita kembali merenungkan makna kepemimpinan. Pemimpin yang disegani dan dicintai rakyatanya adalah pemimpin yang sederhana, bukannya pemimpin yang bergaya hidup mewah. Semakin tinggi gaya hidupnya sebenarnya semakin jauh dia dengan rakyatnya. Kesederhaaan seorang nabi adalah senjata yang sangat ammpuh dalam menyampaikan pemikiran dan wahyu dari Tuhannya. Dibalik sederhananya, pikiran dan tindakannya selalu memberikan inspirasi dan pencerahan bagi ummatnya untuk bersungguh-sungguh dalam kehidupannya.

Rabu, 24 Agustus 2011

BERBUKA DENGAN ANAK-ANAK...OH INDAHNYA..


Apakah kegiatan yang paling menggembirakan di bulan Ramadhan? Kebanyakan orang akan menjawab dengan pasti, berbuka puasa. Apapun alasannya berbuka puasa memang sesuatu yang sangat menyenangkan. Setelah seharian kita dihinggapi rasa lapar dan haus yang begitu melelahkan, maka segelas minuman manis ditambah beberapa buah ataupun cemilan (kurma biasanya) akan menjadikan buka puasa sesuatu yang sangat dinantikan.
Untuk saya pribadi, ketika ditanya hal seperti itu, saya tidak akan menjawab dengan jawaban yang berbeda. Namun saya akan menjawab dengan tambahan kalimat, berbuka bersama dengan anak-anak. Kenapa jawaban saya seperti itu? Ada dua alasan kenapa saya menjawab seperti itu. Yang pertama adalah karena saya hanya diberikan kesempatan berbuka dengan orang-orang yang saya cintai tersebut paling tidak 2 kali dalam satu pekan. Yang kedua adalah karena dengan berbuka puasa dengan mereka, saya bisa menyaksikan kegembiraan yang luar biasa dari seorang anak ketika menikmati buka puasanya
Hidup terpisah dengan nak dan istri sebenarnya bukan pilihan yang mengenakkan, walaupun itu pilihan terbaik kami. Karena saya tidak tinggal bersama dengan keluarga, dan hanya bisa berkumpul dengan mereka pada hari Sabtu dan Ahad di tiap pekannya dan bagaimanapun anak-anak adalah bagian cinta seorang ayah, berbuka puasa bersama mereka merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak terkira. Seringkalai saya ingin membuat buka puasa bersama mereka menjadi sesuatu yang istimewa. Ternyata membuat acara buka puasa menjadi istimewa bersama mereka juga tidak mudah, namun saya sudah berusaha menjadikan hal itu menjadi istimewa. Apakah dengan mengajak mereka berbuka di luar dan membiarkan mereka memilih menu makanan yang merek ingingkan, itu akan membuat buka puasa mereka terasa istimewa. Saya hanya berpikir, mungkin itulah yang bisa saya berikan untuk anak-anak sebagai obat kebersamaan dengan ayahnya. Walaupun mungkin hal-hal tersebut mungkin belum bisa menggantikan
Alasan kedua mengapa berbuka bersama mereka adalah sesuatu yang sangat spesial dan menyenangkan adalah karena melihat anak-anak berbuka dengan lahap sangat mengasyikan. Menyaksikan mereka membuat saya terhibur sekaligus merasa bersyukur dengan kehadiran mereka di tengah-tengah keluarga. Tantangan berpuasa bagi orang tua mungkin lebih berat, tapi karena kedewasaannya, mereka akan lebih mudah melewati hari-hari puasanya tersebut. Berbeda dengan anak-anak, walaupun tantangannya hanya tidak makan dan minum, saya merasa hal ini tentu lebih berat. Makan dan minum adalah kebutuhan utama mereka sehari-hari, menahan dari makan dan minum bagi mereka, saya melihatnya sebagai tantangan yang sangat berat. Bahkan terkadang, anakku yang kelas 3 sampai menangis untuk menahan lapar dan sampai menangis merengek membatalkan puasanya di siang hari. Maka ketika tiba saat berbuka, saya bisa melihat betapa lahapnya mereka menyantap makanan yang tersedia, bahkan sampai kekenyangan. Kebahagiaan apalagi yang diinginkan oleh orang tua selain melihat anak-anaknya bahagia dan gembira.
Untuk anak-anakku, selamat berpuasa....tetap semangat..

MENANTI KEJUJURAN


Menanti kejujuran, sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Ahmad Albar sekitar tahun 80-an. Lagu tersebut mengingatkan pada sebuah cerita yang disampaikan oleh seorang ustazd pada sebuah kajian ba'da sholat Dhuhur di masjid kantor.
Konon ada seorang ayah yang mempunyai kegemaran memelihara burung perkutut. Burung perkutut konon adalah burung yang mahal harganya. Apalagi kalau suara ocehan burung ini sudah terbentuk dengan indah (orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah manggung). Ayah tadi memiliki satu burung perkutut yang memunyai suara sangat indah. Dan burung yang satu ini tentunya mendapat perlakuan yang istimewa. Menyadari burung tadi sangat bernilai maka ayah tadi melakukan perawatan dengan baik. Setiap pagi burung itu dimandikan, kemudian dibersihkan sangkarnya dan diberikan makanan yang baru. Setelah itu burung tersebut dikerek di sebuah tiang gantungan setinggi kurang lebih 5 meter. Barulah kemudian burung tadi akan mengeluarkan suara indahnya.
Ayah tadi mempunyai seorang anak yang masih kecil. Suatu hari anaknya yang masih kecil tadi meminta ijin, agar sekali-kali diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan ayahnya, yaitu menurunkan burung perkutut tadi, kemudian memandikan dan memberinya makan. Namun sang ayah tadi melarangnya,”Maaf ya nak, kalau belum cukup besar untuk melakukan pekerjaan itu, ayah takut nanti bisa-bisa sangkar burung tadi jatuh dan akhirnya burungnya lepas. Burung itu burung paling berharga yang ayah miliki.” Begitulah kira-kira perkataan dari si ayah tadi. Mendengar jawaban tadi, nampak muka anaknya belum bisa menerima larangan ayahnya tadi, walaupun mulutnya mengucapkan kata-kata, “Ya Ayah.”
Suatu pagi, ketika ayahnya belum keluar rumah, anak kecil tadi masih penasaran dengan keinginannya untuk menurunkan dan memandikan burung tadi. Mengetahui bahwa ayahnya masih di dalam rumah, dengan langkah perlahan dan gerakan yang dipelankan, anak tadi membuka tali sangkar burung dan mencoba menurunkannya. Namun tiba-tiba, anak tadi merasa keberatan dan benar..dalam tempo singkat sangkar burung tadi jatuh, dan akhirnya burung tadi lepas. Menyadari akan perbuatannya, anak tadi kemudian buru-buru membetulkan sangkar tadi dan kemudian menaikkannya kembali ke tempat semula, dan dengan segera meninggalkannya.
Tak berapa lama kemudian, ayahnya keluar dan kemudian, seperti hari-hari biasanya, ia turunkan sangkar burung tadi. Tapi betapa kagetnya ketika dia mengetahui ternyata burungnya sudah tidak ada disangkar. Dan yang pertama yang dia tanya adalah anaknya sendiri, namun anaknya tidak mengakuinya.
Setelah peristiwa itu, sang ayah setiap pagi tampak duduk termenung di dekat tiang tempat burung yang hilang tadi. Dia tampak sangat menyesal dengan kejadian hilangnya burung tadi. Berhari-hari si ayah tersebut melakukan seperti itu. Dan ternyata secara diam-diam, anaknya selalu melihatnya. Tepat di hari ke-7, ketika si ayah termenung di dekat tiang tempat sangkar burung tadi, si anak mendekat dan dengan muka penuh penyesalan dia berkata,” Ayah, maafkan aku ya, sebenarnya aku yang menjatuhkan sangkar burung Ayah sehingga burungnya lepas. Aku takut ayah marah, tapi setelah melihat ayah sedih sekali, aku malah tambah merasa bersalah.”
Mendengar perkataan anaknya tadi, spontan wajah ayahnya berbiar-binar,”Nak, sebenarnya, ayah bersedih bukan karena burung kesayangan ayah lepas, dan lagian ayah sebenarnya sudah tahu siapa yang melepaskannya. Ayah sangat sedih karena menunggu kejujuranmu yang tak kunjung datang. Namun ayah sekarang sangat gembira karena akhirnya kejujuran yang ayah tunggu dari anakku akhirnya datang juga”.
Konon setelah peristiwa itu, si anak tadi tidak berbohomg selama hidupnya.
Kejujuran sudah menjadi barang langka di negeri kita. Menanti kejujuran sudah ibarat menantikan sesuatu yang tidak akan datang. Semoga kisah tadi memberikan hikmah, betapa sebuah kejujuran sangat bernilai bahkan dari suatu yang sangat berharga.

DOA RAMADHAN

Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Berkahilah hambaMu yang hari ini menjalankan puasa
Berkahilah hambaMu yang hari ini tilawah Al Qur’an
Berkahilah hambaMu yang hari ini berdzikir
Berkahilah hambaMu yang hari ini bertaubat
Berkahilah hambaMu yang hari ini berdoa
Berkahilah hambaMu yang hari ini berinfak
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim
Berkahilah hambaMu yang hari ini menjaga kehormatannya
Berkahilah hambaMu yang hari ini menjaga lisannya
Berkahilah hambaMu yang hari ini memaafkan kesalahan orang lain
Berkahilah hambaMu yang hari ini memberikan bantuan yang sangat diperlukan
Berkahilah hambaMu yang hari ini menolong kesulitan orang
Berkahilah hambaMu yang hari ini meringankan beban saudaranya
Ya Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
Berkahilah hambaMu yang hari ini meminta maaf padahal belum tentu ia bersalah
Berkahilah hambaMu yang hari ini menyambung silaturahim
Berkahilah hambaMu yang hari ini tersenyum ramah kepada semua manusia
Berkahilah hambaMu yang hari ini menyantuni keluarganya dengan kasih sayang
Berkahilah hambaMu yang hari ini mampu menahan amarah
Berkahilah hambaMu yang hari ini berlaku sopan dan tertib di jalan raya
Berkahilah hambaMu yang hari ini meninggalkan perbuatan tercela
Ya Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa
Berkahilah hambaMu yang hari ini menyatakan cinta kepada isterinya
Berkahilah hambaMu yang hari ini menyatakan sayang kepada suaminya
Berkahilah hambaMu yang hari ini mendidik anak-anaknya
Berkahilah hambaMu yang hari ini melaksanakan kewajibannya
Berkahilah hambaMu yang hari ini berlaku baik kepada tetangganya
Berkahilah hambaMu yang hari ini memuliakan tamunya
Berkahilah hambaMu yang hari ini bekerja mencari rezeki yang halal
Ya Allah Yang Maha Mengetahui segala kondisi hamba
Berkahilah hambaMu yang hari ini berolah raga menjaga kesehatannya
Berkahilah hambaMu yang hari ini melaksanakan shalat tarawih
Berkahilah hambaMu yang hari ini pergi ke masjid
Berkahilah hambaMu yang hari ini membersihkan rumah dan halamannya
Berkahilah hambaMu yang hari ini menimba ilmu
Berkahilah hambaMu yang hari ini berdakwah
Ya Allah Ya Hayyu Ya Qayyum
Berkahilah hambaMu yang hari ini menghormati orang tuanya
Berkahilah hambaMu yang hari ini menyiapkan sahur untuk keluarganya
Berkahilah hambaMu yang hari ini memberikan makanan buka puasa
Berkahilah hambaMu yang hari ini bersabar atas kekurangan pasangannya
Ya Allah Ya Rabbal ‘Alamin
Berkahilah hambaMu yang hari ini membaca tulisan ini
Berkahilah hambaMu yang hari ini menyebarkan doa ini kepada sahabatnya
Ya Allah Yang Maha Mengampuni segala dosa
Berkahilah kami semua
Aamiin.
(terima kasih Pak Cah atas ijin untuk copas doa ini)

Kamis, 11 Agustus 2011

Memberi Energi pada Doa


Berdoa adalah hal yang sangat manusiawi. Doa akan dilakukan oleh seorang manusia yang mengakui adanya sebuah kekuatan besar, yang benama Allah, di balik perjalanan umat manusia. Kalau kita mencoba berhitung dalam sehari, berulang kali kita berdoa kepada Allah dengan berbagai macam permohonan. Bagi yang sedang mendapatkan sebuah musibah, tentunya dia akan berdoa agar musibahnya dapat segera berakhir; bagi yang sedang akan menempuh sebuah ujian maka ia akan berdoa agar ia lulus dalam ujian tersebut; bagi yang sedang merasa kekurangan rejeki maka ia akan berdoa agar lebih dimurahkan rejekinya. Semua akan melantunkan sebuah permohonan sesuai yang menjadi harapannya.
Ketika manusia memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan sesuatu sesuatu dari Tuhannya, maka harapan kepada Tuhannya akan sangat dominan dalam hatinya. Harapan yang kuat inilah yang akan menciptakan sebuah energi yang besar sehingga menjadikan doanya benar-benar khusyu’ dia sampaikan kepada Tuhannya. Orang yang sedang menghadapi sebuah ujian kelulusan, yang mungkin akan menentukan masa depannya, maka dia akan berdoa dengan energi yang luar biasa untuk bisa mendapatkan harapannya tersebut. Orang yang sudah berumur tetapi belum juga mendapatkan jodohnya maka dia akan berdoa dengan energi dan harapan yang luar biasa besar untuk mendapatkan jodohnya. Harapan yang menggebu tadi akan menciptakan energi khusyu’ dalam doanya. Energi inilah yang tentu saja akan menambah kekuatan doa di hadapan Sang Pencipta. Dan Insya Allah, dengan kekuatan harapan dan kesungguhan dalam doa inilah, Allah tidak akan memalingkan wajah-Nya.
Ketika manusia berada dalam kondisi yang nyaman, berdoa terkadang hanya merupakan sebuah aktivitas ritual yang rutin dikerjakan sebagai bentuk penyempurna ibadah pokok. Berdoa sehabis melakukan ibadah sholat adalah sesuatu yang harus dilakukan. Hal ini didorong bukan karena kebutuhan namun lebih karena merupakan kebiasaan yang umum dilakukan. Ketika doa hanya sebagai sebuah rutinitas dalam keseharian, maka doa hanya akan mengalilr tanpa makna. Doa hanya akan menjadi sebuah ucapan tanpa bobot dan bacaan yang tidak mempunyai energi untuk meminta kepada Tuhannya. Doa-doa yang keluar dari mulut hanyalah sebuah kalimat yang mempunyai nada teratur tanpa ada tekanan-tekanan makna. Kalau sudah seperti ini, bagaimana Allah akan mendengarkan, apalagi mengabulkan, ketika doa hanyalah sebatas ritual tanpa harapan dan tanpa makna.
Menciptakan sebuah kekuatan dalam doa dengan energi yang ditimbulkan melalui harapan yang kuat, tidaklah mudah. Ketika manusia berada dalam kondisi yang serba kecukupan dan nyaman, ia harus tetap mampu menciptakan energi dalam doanya. Kalau tidak, doa tersebut hanya terjebak dalam sebuah rutinitas saja. Bagaimana caranya memunculkan energi dalam doa? Dalam sebuah kajian Ramadhan di sebuah masjid, seorang ustadz mengatakan, ciptakan energi kekhusyu’an dalam doa kita dengan membayangkan dalam pikiran kita, apa-apa saja yang kita doakan kepada Allah.
Saya yakin, semua orang pasti selalu berdoa untuk keluarganya, untuk suami/istri dan anak-anaknya. Bagaimana agar doa untuk keluarga kita benar-benar mempunyai energi yang kuat sehingga doa itu khusyu’, penuh penghayatan dan pengharapan serta benar-benar keluar dari hati kita? Hanya ada satu cara, bayangkan wajah mereka satu persatu. Bayangkan wajah istri/suami kita, bayangkan betapa dia adalah orang yang kita cintai; bayangkan bahwa dia adalah orang yang sangat berharga dalam kehidupan kita; bayangkan bahwa dia adalah orang yang kita harapkan dapat bersama-sama menjalani hidup ini untuk medapatkan ridlo-Nya. Barulah kita ungkapkan doa kita untuk suami/istri kita kepada Allah dengan sepenuh pengharapan kita.
Ketika kita berdoa untuk anak kita. Bayangkan wajah mereka satu persatu. Bayangkan bahwa kita tidak berdaya dalam mendidik mereka tanpa hidayah dari Allah; bayangkan bahwa mereka sesungguhnya tidak berdaya tanpa perlindungan dari Allah. Sebut dan bayangkan satu persatu nama dan wajah anak kita, dan kemudian berdoalah untuk masing-masing anak-anak kita. Karena terkadang setiap anak mempunyai karakter yang berbeda, dan kita pun perlu secara khsusus untuk memberikan doa yang berbeda kepada masing-masing dari mereka. Uangkapkan dengan penuh maka dan harapan, Insya Allah kekuatan doa akan muncul dengan sendirinya.
Ketika kekuatan harapan benar-benar dapat dihadirkan dalam sebuah doa, maka yang keluar adalah permintaan dari sebuah hati yang ikhlas dari seorang hamba yang tidak berdaya di hadapan Tuhannya. Kekuatan inilah yang akan menjadikan doa mempunyai daya permintaan yang kuat dan tentunya Allah pun akan tidak segan-segan untuk mengabulkan permintaannya.

Rabu, 10 Agustus 2011

Di Balik Makna Keingintahuan

Ketika seseorang duduk bersama dengan orang lain, baik itu dalam sebuah perjalanan, dalam sebuah proses menunggu antrian, dalam sebuah event yang melibatkan banyak orang, maka mungkin akan ada sebuah aktivitas yang melibatkan mereka ke dalam sebuah percakapan. Walaupun mungkin untuk saat ini kondisinya agak berbeda, karena teknologi sudah semakin maju, dan seolah dunia dalam genggaman manusia. Sebagian orang akan lebih cenderung sibuk dalam aktivitasnya sendiri dengan perangkat-perangkat elektronik yang dia miliki, seperti handphone atau netbook.

Saya termasuk orang yang sebenarnya tidak bisa sibuk dengan diri sendiri ketika duduk bersebelahan dengan orang lain. Saya biasanya berusaha untuk menyapa orang-orang yang ada di samping tempat duduk ketika dalam suatu perjalanan, ruang tunggu atau di tempat lain. Tentunya apa yang saya lakukan mendapat tanggapan yang berbeda-beda dari orang-orang yang saya ajak bicara. Ada yang begitu senang melayani pembicaraan, ada pula yang tidak begitu peduli dengan apa yang saya katakan. Akan menjadi sesuatu yang cukup menarik apabila orang yang diajak berkomunikasi menanggapi dengan baik. Dimulai dengan sebuah basa basi dan pembicaraan singkat hingga akhirnya berkembang menjadi pembicaraan yang hangat dan bersahabat. Dari mulai hanya bertanya tentang keperluan kenapa ada di situ, tinggalnya dimana hingga berkembang ke hal-hal lain yang membuat pembicaraan semakin menarik dan menyenangkan.

Menurut anda mungkin cerita saya tersebut tidaklah begitu penting untuk diceritakan. Sesuatu yang mungkin anda anggap tidak begitu penting. Dari banyak orang yang coba saya ajak berbicara selama ini, saya melihat mereka dari berbagai macam latar belakang pekerjaan, pendidikan, dan status sosial. Dari beberapa pengalaman saya, terkadang orang-orang yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah dan pekerjaan di kalangan kelas menengah dan bawah, mereka cenderung memberikan respon yang hangat dan menyenangkan. Lain halnya dengan orang-orang yang berasal dari kalangan atas dan orang-oang yang lebih mapan secara ekonomi atau pendidikan, mereka lebih cenderung hanya menjawab ala kadarnya sekedar menjawab pertanyaan yang saya sampaikan. Saya juga sering temukan orang yang mempunyai sifat tertutup dan tidak mau berbagai cerita dengan orang lain tentang dirinya.

Dalam sebuah pertemanan atau persahabatan pun, hal tersebut juga sering saya temukan. Orang-orang yang saya anggap teman dan sahabat masih saja cenderung tertutup untuk saling berbicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya. Dalam itu hal yang bersifat private mungkin bisa dimaklumi, namun terkadang hal-hal yang biasa saja dalam sebuah pertemanan, orang tersebut tidak mau membicarakan. Kadang mereka tidak menghargai keingintahuan yang kita ungkapkan. Keingintahuan sering dipersamakan dengan sikap sok pengin tahu.

Saya berpendapat bahwa keingintahuan seseorang terhadap aktivitas orang lain adalah suatu bentuk kepedulian. Orang yang ingin tahu tentang hal-hal yang terkait dengan orang lain, pastilah ia adalah orang yang peduli. Sebaliknya, orang yang tidak peduli biasanya dia tidak akan mau tahu, cenderung mengurusi apa yang terkait dengan dirinya sendiri dan cuek dengan keadaan orang lain. Bahkan saya berani katakan bahwa orang yang baik adalah orang yang selalu tertarik pada orang lain. Bentuk keingintahuan seseorang kepada orang lain adalah salah satu bentuk menghormati orang lain. Orang yang peduli dengan orang lain adalah orang yang berusaha mendudukkan posisi dirinya sejajar dengan orang lain, bukan menjadikannya berada di bawah kita. Keingintahuan seseorang terhadap orang lain dalam bentuk memperhatikan orang lain dapat diartikan sebagai bentuk kepedulian, karena apa yang dilakukan tersebut akan membuat orang lain merasa dianggap dan dihargai. Keingintahuan sesungguhnya juga merupakan bentuk rasa cinta dan penghargaan terhadap orang lain.

Keingintahuan seseorang atas kondisi teman dan sahabatnya merupakan naluri kemanusiaan yang secara kodrati akan muncul sebagai bentuk pertanggungjawaban manusia dalam menjalani hubungan sosial. Keingintahuan seseorang juga harus dihargai dengan direspon sewajarnya sebagai bentuk penghargaan atas sebuah hubungan kemanusiaan.