![]() |
Sumber foto : www.google.co.id |
Ada satu pemadangan yang kurang sedap secara tidak sengaja
tertangkap mata pada pagi itu. Seperti biasa, saya memulai aktivitas pagi
dengan cara berjalan kaki ke kantor. Jarak dari tempat saya tinggal ke kantor
kurang lebih 1,5 km yang biasanya saya tempuh dalam waktu 15 menit. Dengan
jarak dan durasi waktu tersebut, cukuplah buat saya untuk bisa melihat
pemandangan atau peristiwa sepanjang perjalanan ke kantor.
Setiap hari pasti ada satu pemandangan yang paling berbekas
di pikiran. Salah satunya adalah yang saya lihat pagi tadi. Sebenarnya kurang
etis kalau saya sampaikan pemandangan yang saya lihat tadi, tapi kalau tidak
saya ilustrasikan disini, maka maksud saya menulisk akan kurang tersamapaikan. Kenapa
saya katakana kurang etis dan agak jorok karena yang saya lihat (maaf) adalah
seorang petugas keamanan sebuah gedung yang menguap (tanpa menutup mulut),
kemudian mencium bau topinya, disusul “ngupil”dan masih juga mencium upilnya
tadi dan diakhiri dengan garuk-garuk (maaf) pantat.
Kalau kita perhatikan, salah satu saja dari aktivitas
tersebut sudah merupakan aktivitas yang kurang pantas untuk dilakukan. Apalagi
melakukan rangkaian aktivitas yang semuanya tidak pantas dilakukan. Mungkin
saja orang tadi baru bangun dari tidurnya karena kebetulan mendapat jadwal jaga
malam hari, yang kemudian merasa masih ngantuk dan melakukan aktivitas untuk ”menyambungkan
kembali” nyawa yang belum menyatu. Tapi apapun alasannya, perbuatan tadi kurang
pantas untuk dilakukan. Ketika ada orang lain yang melihat orang yang melakukan
perbuatan-perbuatan yang kurang pantas tadi, dapat dipastikan akan memberikan
stempel kepada orang tadi sebagai orang jorok, orang kampungan, tidak tahu
malu, ataupun julukan lainnya yang sifatnya akan merendahkan si orang tadi.
Itulah yang saya sebut dengan istilah merendahkan diri
sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang tinggi derajatnya,
mulia kedudukannya dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan
itu merupakan sebuah anugrah yang melekat pada dirinya ketika dia dilahirkan
atau istilahnya sudah “given”. Artinya manusia itu sudah mempunyai harga diri
dari sononya. Namun dalam perjalanan hidupnya, manusia sendiri yang malah
sering merendahkan harkat dan martabatnya dengan melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak pantas.
Jenis tindakan yang dilakukan pun bermacam-macam, ada yang sepele
sekedar seperti yang dilakukan oleh petugas keamanan tadi ataupun tindakan yang
lebih besar kualitasnya seperti korupsi, selingkuh, memfitnah ataupun tindakan lainnya.
Apapun jenis perbuatannya kesemuanya mempunyai ujung akan merendahkan diri
manusia itu sendiri. Yang sepele saja sudah berkesan merendahkan dirinya
apalagi yang lebih besar tingkat kualitas kejelekannya.
Menghargai diri sendiri hendaknya dimulai dari hal-hal yang
sepele terlebih dahulu. Hindari
kebiasaan-kebiasaan yang akan membuat diri kita dilecehkan oleh orang lain.
Mengupil, menguap tanpa ditutup, garuk-garuk bagian tubuh tertentu, merupakan
aktivitas yang sebenanarnya sangat sepele namun bisa membuat harga diri kita
jatuh. Menghindari hal-hal tersebut sebenarnya mudah, karena hal-hal tersebut
biasanya muncul secara spontan karena pembiasaan yang kita lakukan. Ketika kita
mempunyai keinginan untuk menghilangkannya, sebenarnya tinggal kita mengubah
pola kebiasaan kita. Jadikan kebiasaan jelek itu sebagai sebuah aib, sehingga
ketika terpikir akan melakukannya segera hentikan dan cari aktivitas lain yang
bisa menggantikannya.
Pada saat kita dapat
mengontrol semua aktivitas-aktivitas tidak pantas kita yang kelihatan sepele,
maka pada saat itu kita sedang membangun citra dan harga diri kita. Ketika
harga diri sudah terbangun dari dalam diri pribadi kita maka dengan mudah orang
lain akan menghargai dan menghormat kita sebagai manusia yang punya harga diri
dan martabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar