Selasa, 15 September 2015

MENGHARGAI DIRI SENDIRI

Sumber foto : www.google.co.id
Ada satu pemadangan yang kurang sedap secara tidak sengaja tertangkap mata pada pagi itu. Seperti biasa, saya memulai aktivitas pagi dengan cara berjalan kaki ke kantor. Jarak dari tempat saya tinggal ke kantor kurang lebih 1,5 km yang biasanya saya tempuh dalam waktu 15 menit. Dengan jarak dan durasi waktu tersebut, cukuplah buat saya untuk bisa melihat pemandangan atau peristiwa sepanjang perjalanan ke kantor.  

Setiap hari pasti ada satu pemandangan yang paling berbekas di pikiran. Salah satunya adalah yang saya lihat pagi tadi. Sebenarnya kurang etis kalau saya sampaikan pemandangan yang saya lihat tadi, tapi kalau tidak saya ilustrasikan disini, maka maksud saya menulisk akan kurang tersamapaikan. Kenapa saya katakana kurang etis dan agak jorok karena yang saya lihat (maaf) adalah seorang petugas keamanan sebuah gedung yang menguap (tanpa menutup mulut), kemudian mencium bau topinya, disusul “ngupil”dan masih juga mencium upilnya tadi dan diakhiri dengan garuk-garuk (maaf) pantat.

Kalau kita perhatikan, salah satu saja dari aktivitas tersebut sudah merupakan aktivitas yang kurang pantas untuk dilakukan. Apalagi melakukan rangkaian aktivitas yang semuanya tidak pantas dilakukan. Mungkin saja orang tadi baru bangun dari tidurnya karena kebetulan mendapat jadwal jaga malam hari, yang kemudian merasa masih ngantuk dan melakukan aktivitas untuk ”menyambungkan kembali” nyawa yang belum menyatu. Tapi apapun alasannya, perbuatan tadi kurang pantas untuk dilakukan. Ketika ada orang lain yang melihat orang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang pantas tadi, dapat dipastikan akan memberikan stempel kepada orang tadi sebagai orang jorok, orang kampungan, tidak tahu malu, ataupun julukan lainnya yang sifatnya akan merendahkan si orang tadi.

Itulah yang saya sebut dengan istilah merendahkan diri sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang tinggi derajatnya, mulia kedudukannya dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan itu merupakan sebuah anugrah yang melekat pada dirinya ketika dia dilahirkan atau istilahnya sudah “given”. Artinya manusia itu sudah mempunyai harga diri dari sononya. Namun dalam perjalanan hidupnya, manusia sendiri yang malah sering merendahkan harkat dan martabatnya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas. 

Jenis tindakan yang dilakukan pun bermacam-macam, ada yang sepele sekedar seperti yang dilakukan oleh petugas keamanan tadi ataupun tindakan yang lebih besar kualitasnya seperti korupsi, selingkuh, memfitnah ataupun tindakan lainnya. Apapun jenis perbuatannya kesemuanya mempunyai ujung akan merendahkan diri manusia itu sendiri. Yang sepele saja sudah berkesan merendahkan dirinya apalagi yang lebih besar tingkat kualitas kejelekannya.

Menghargai diri sendiri hendaknya dimulai dari hal-hal yang sepele terlebih dahulu.  Hindari kebiasaan-kebiasaan yang akan membuat diri kita dilecehkan oleh orang lain. Mengupil, menguap tanpa ditutup, garuk-garuk bagian tubuh tertentu, merupakan aktivitas yang sebenanarnya sangat sepele namun bisa membuat harga diri kita jatuh. Menghindari hal-hal tersebut sebenarnya mudah, karena hal-hal tersebut biasanya muncul secara spontan karena pembiasaan yang kita lakukan. Ketika kita mempunyai keinginan untuk menghilangkannya, sebenarnya tinggal kita mengubah pola kebiasaan kita. Jadikan kebiasaan jelek itu sebagai sebuah aib, sehingga ketika terpikir akan melakukannya segera hentikan dan cari aktivitas lain yang bisa menggantikannya.

Pada saat kita  dapat mengontrol semua aktivitas-aktivitas tidak pantas kita yang kelihatan sepele, maka pada saat itu kita sedang membangun citra dan harga diri kita. Ketika harga diri sudah terbangun dari dalam diri pribadi kita maka dengan mudah orang lain akan menghargai dan menghormat kita sebagai manusia yang punya harga diri dan martabat.

Tidak ada komentar: